Jumat, 3 Oktober 2025

Penderitaan Tiada Akhir Pengungsi Rohingya

Sejak 2012 terdapat sekitar 100.000 orang Rohingya yang terpaksa melarikan diri dari Myanmar, yang tak mengakui mereka

Editor: Hendra Gunawan
Getty Images
Mahada Khatum (32) memperbaiki jala penangkap ikan di luar tempat tinggalnya, di permukiman pengungsi Rohingya, di Shamalapur, Chittagong, Banglades, 11 April 2014. Pada 12 tahun lalu, ia meninggalkan kampung halamannya di Zomgara Baharchara, Meherulla, Myanmar, akibat kekerasan sektarian dan diskriminasi yang dialami warga etnis Rohingya. Selama beberapa tahun terakhir, tercatat ada ratusan ribu warga Rohingya meninggalkan Myanmar untuk mengungsi ke Banglades. 

Beberapa kisah mengerikan dialami dua orang bersaudara warga Rohingya, Harun (35) dan Sayed (30) Noor, yang tewas setelah diculik dan dianiaya pada tahun 2013 dan 2014.

Menurut sang paman, Mohammad Salim (50), Harun awal 2013 diculik di salah satu toko di Penang untuk tebusan senilai 7.000 ringgit Malaysia atau setara Rp 24 juta.

Setelah uang tebusan dibayar dan dibebaskan, Harun mengadukan penculikan dirinya kepada polisi setempat lalu bersembunyi.

Pihak penculik membalas dengan kembali menculik kerabat Harun, Sayed, dan meminta Harun menyerahkan diri beserta uang 50.000 ringgit Malaysia.

Beberapa bulan kemudian, jasad Sayed ditemukan dengan banyak tanda bekas penyiksaan. Awal 2014 para penculik berhasil mendapatkan Harun dan juga membunuhnya.

”Saya menerima telepon bernomor Thailand dari penculik yang mengatakan mereka yang membunuh keponakan saya itu,” ujar sang paman sedih.

Para penculik memang tak segan membunuh korbannya jika pihak keluarga tak mampu membayar uang tebusan. Hal sama terjadi pada Sadek Akbar (17), pengungsi Rohingya.

”Kami tak sanggup membayar tebusan. Mereka memukulinya hingga tewas dan membuang jenazahnya di tepi jalan,” ujar Altaf Hussain (48), paman Sadek yang sudah lebih dahulu tinggal di Malaysia.

Komisi Tinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNHCR) di Malaysia menolak mengomentari persoalan itu. Juru bicara perwakilan UNHCR di Malaysia, Yante Ismail, hanya mengakui menerima sejumlah laporan ada penyiksaan, intimidasi, dan eksploitasi terhadap pengungsi Rohingya. (REUTERS/DW

Sumber: KOMPAS
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved