Senin, 29 September 2025

Saat Limbah Tutup Botol Jadi Meja, Kursi, dan Harapan Baru dari Dit Reveille

Dari tutup botol jadi furnitur, Dit Réveille ubah sampah plastik jadi solusi ramah lingkungan dan peluang ekonomi.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
ISTIMEWA/DIT REVEILLE
INOVASI TUTUP BOTOL - Sejumlah furnitur dan merchandise, hasil daur ulang limbah tutup botol yang dilakukan oleh Dit Réveille asal Sawangan, Depok. Simak kisah Amanda Prita Kirana, Affan, dan Zarita dalam membangun Dit Réveille, sebuah usaha yang bergerak di bidang daur ulang sampah HDPE. 

TRIBUNNEWS.COM - Tutup botol plastik sering kali dianggap remeh dan tidak memiliki nilai ekonomi, sehingga seringkali tidak didaur ulang secara efektif.

Padahal, volume tutup botol yang diproduksi setiap tahunnya sangat besar dan berpotensi menjadi masalah lingkungan serius.

Di Indonesia, jutaan ton sampah plastik, termasuk tutup botol, berakhir di TPA atau mencemari lautan.

Nah, semangat memberikan 'kehidupan baru' pada sampah tutup botol datang dari Amanda Prita Kirana (24).

Bersama dua sahabatnya yaitu Affan dan Zarita, ketiganya membangun Dit Réveille, sebuah usaha yang bergerak di bidang daur ulang sampah HDPE.

Sampah tutup botol dan galon ini diolah menjadi furnitur seperti meja, kursi lipat, lampu baca serta merchandise, misalnya gantungan kunci hingga tatakan gelas.

Usaha ini sudah berjalan sejak Juni 2023 dan baru memulai penjualan pada Februari 2024.

Jeda waktu dari pendirian hingga penjualan produk rupanya dipakai Prita dkk untuk melakukan riset dan pengembangan.

"Kami memulai Dit Réveille benar-benar dari nol. Sebenarnya memang sudah ada produk serupa, pernah pegang dan lihat, tapi nggak tahu bagaimana proses pembuatannya. Hanya tahu kalau bahannya dari tutup botol dan galon," kisah Prita kepada Tribunnews.com, Kamis (18/9/2025).

lihat fotoPENGUMPULAN LIMBAH - Proses pengumpulan sampah tutup botol di workshop Dit Réveille yang berada di Jalan Gang Asem, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa Barat.
PENGUMPULAN LIMBAH - Proses pengumpulan sampah tutup botol di workshop Dit Réveille yang berada di Jalan Gang Asem, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa Barat.

Di sebuah workshop yang berada di Jalan Gang Asem, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, Prita dkk memulai perjalanan pengolahan limbah tutup botol menjadi produk yang lebih bernilai. 

Prita yang menjadi pemenang Program Community Link #JadiNyata tahun 2023 turut ikut menggandeng warga sekitar menjadi perajin.

Baca juga: Ramai-ramai Beri Kehidupan Baru pada Limbah

Limbah tutup botol itu, ia kumpulkan dari sekitar 10 pemulung dan masyarakat sekitar.

Menurutnya, ini adalah upaya Dit Réveille dalam melibatkan masyarakat yang terpinggirkan agar bersama-sama mengurangi sampah plastik di sekitar sekaligus meningkatkan sosial ekonomi mereka.

"Prosesnya, sampah yang telah dikumpulkan dicuci terlebih dahulu. Sembari pengeringan dilakukan pemilahan berdasarkan warna. Setelah dipilah, bisa lanjut ke proses pencacahan agar ukurannya seragam dan memudahkan proses pelelehan," jelasnya.

Cacahan tutup botol kemudian diatur sesuai pola yang akan dibuat di cetakan.

Proses selanjutnya adalah pelelehan menggunakan oven, pengepresan, dan jadilah sebuah panel atau papan berukuran 40x40 cm dengan tiga ketebalan mulai dari 0,5 cm, 1 cm, dan 2 cm.

Agar menjadi sebuah produk, panel dipotong menggunakan mesin CNC router, lalu diserahkan kepada perajin.

"Hingga Juli 2025, Dit Réveille telah berhasil mengolah lebih dari 400 kg sampah tutup botol," ujar lulusan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.

Dalam sehari, Dit Réveille mampu memproduksi 50 pieces gantungan kunci. Sementara untuk furnitur, produksinya mencapai 4 unit per minggu. Khusus produk furnitur, Prita menerapkan sistem pre-order.

Saat ini, produk Dit Réveille telah dipasarkan ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Solo, Malang, Surabaya, hingga yang terjauh adalah Bali dengan segmen pasar instansi dan individu.

Prita mengaku sangat menerima apapun feedback dari para customer, baik yang bersifat saran maupun kritikan. Harapannya, hal ini dapat menjadikan produk Dit Réveille semakin lebih baik.

"Khusus pengiriman di wilayah Jabodetabek, biasanya langsung kami kirim sendiri, tidak pakai jasa ekspedisi agar bisa ketemu dan ngobrol langsung dengan customer," urainya.

Ke depan, lanjut Prita, pengembangan Dit Réveille bukan sekadar skala produksi, tapi pada manfaat yang bisa dibagi ke lebih banyak sisi.

"Sampah yang selama ini hanya jadi polusi, kini bisa menjadi sebuah solusi bila ada inovasi dan dukungan tepat. Sementara bagi mereka yang selama ini terpinggirkan, kini bisa ikut tumbuh dan merasakan kestabilan," kata dia.

Prita juga mengungkapkan, setiap produk yang dibuat Dit Réveille selalu memiliki kisah tersendiri di baliknya. Termasuk pemilihan nama produk yang kesemuanya menggunakan bahasa Prancis.

"Termasuk nama Dit Reveille sendiri yang artinya said wake up atau katakan bangun, ya bangun agar membuat produk yang ramah lingkungan," katanya seraya menambahkan alasan pemberian nama menggunakan bahasa Prancis agar membuat orang penasaran.

Butuh Validasi

lihat fotoDAUR ULANG LIMBAH - Kolase foto: Pendiri Dit Réveille, sebuah usaha yang bergerak di bidang daur ulang sampah HDPE yaitu Amanda Prita Kirana, Affan, dan Zarita (kiri) serta produk furnitur dari Dit Réveille (kanan).
DAUR ULANG LIMBAH - Kolase foto: Pendiri Dit Réveille, sebuah usaha yang bergerak di bidang daur ulang sampah HDPE yaitu Amanda Prita Kirana, Affan, dan Zarita (kiri) serta produk furnitur dari Dit Réveille (kanan).

Prita menghadapi sejumlah tantangan saat awal menjalankan Dit Réveille. Ketika mengetahui ada program Community Link #JadiNyata tahun 2023, Prita segera mendaftar meski kala itu produknya masih berbentuk prototipe.

Community Link #JadiNyata merupakan program CIMB Niaga yang mengajak keterlibatan masyarakat untuk berkolaborasi aktif dalam mengentaskan isu sosial, ekonomi, dan lingkungan di Indonesia. Program ini sejalan dengan fokus CIMB Niaga kepada keberlanjutan.

"Di samping butuh bantuan permodalan dan pendampingan, kami juga membutuhkan validasi atas ide-ide bisnis seperti ini," ungkapnya.

Tak disangka, idenya tentang daur ulang tutup botol disukai juri. Ia pun terpilih menjadi salah satu pemenang program yang sudah mulai dijalankan sejak tahun 2018 ini.

Selama setahun, Prita tak hanya mendapatkan mentoring rutin setiap dua minggu sekali. Ia juga mengikuti matchmaking yang digelar CIMB Niaga.

Sebanyak dua kali, Prita dipertemukan dengan pihak-pihak lain yang berpotensi bisa menjalin kolaborasi dengan Dit Réveille.

"Waktu itu, kami dipertemukan dengan pemilik kafe, ada dari museum di Bandung, ada arsitektur, pemilik hotel, jadi kami bisa dapat feedback dan peluang kerja sama. Itu yang menarik banget," jelas perempuan kelahiran 21 Januari 2001 ini.

Bahkan setelah menjadi alumni pun, kata Prita, CIMB Niaga masih tetap menaruh perhatian. Misalnya dengan melibatkan Dit Réveille untuk penyediaan cenderamata untuk sejumlah acara dan pendampingan lainnya.

Terbaru, pihak bank mendorong Dit Réveille untuk mencoba mendaur ulang sampah kartu ATM. "Khusus ini, kami masih dalam tahap RnD. Kalau berhasil, bisa ada peluang untuk kerja sama lagi," tambah Prita.

Kepada anak muda yang hendak mengikuti jejaknya, Prita berpesan agar selalu mencoba jika tertarik dengan sesuatu yang baru.

"Yang terpenting mulai aja dulu dan nggak harus perfect. Kita bisa lakukan itu sambil belajar dan terima saran sebanyak-banyaknya," pesannya.

Kreativitas Luar Biasa

Kreativitas Dit Réveille yang mengolah limbah menjadi produk yang bernilai tinggi ini menuai respons positif dari akademisi, Evi Rosalina Widyayanti. Menurutnya, kreativitas Prita sangat luar biasa dan sustainable.

Terlebih program ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab

"Dit Réveille pintar cari celah untuk membuat produk yang kreatif, memperpanjang daur hidup sampah, (sampah) tidak langsung dibuang, tapi dimanfaatkan lagi," kata Dosen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta itu.

Evi juga mengapresiasi pendampingan yang diberikan CIMB Niaga kepada Adhim dan Prita. Terlebih, bank yang berdiri pada 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga ini tidak hanya memberikan bantuan modal kerja, tetapi juga tenaga ahli untuk melakukan mentoring.

"Bagus banget ya, apalagi UMKM yang baru memulai usaha kan pasti membutuhkan dana dan mentoring. Kalau nggak dapat support apalagi sampai mandeg karena masalah dapat dana, rasanya sayang," kata Evi.

Evi pun mendorong pihak perbankan agar terus mendampingi para pelaku UMKM, utamanya bagi mereka yang merintis usaha di tahap awal. Menurutnya, pendampingan ini penting agar para pelaku UMKM memiliki akses terhadap modal dan bimbingan manajemen yang berkelanjutan.

"Harapannya mereka dapat meningkatkan skala usaha dan dampak positifnya," katanya.

lihat fotoPEMILAHAN TUTUP BOTOL - Proses pemilahan sampah tutup botol dan galon di workshop Dit Réveille, yang berada di  Jalan Gang Asem, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat.
PEMILAHAN TUTUP BOTOL - Proses pemilahan sampah tutup botol dan galon di workshop Dit Réveille, yang berada di Jalan Gang Asem, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat.

Sementara itu, Community Development Head PT Bank CIMB Niaga Tbk, Astrid Candrasari mengatakan, Program Community Link dirancang untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dalam mendorong inisiatif sosial yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Tujuan jangka pendek dilakukan melalui pendampingan intensif selama satu tahun. Program ini mencakup berbagai aspek penting, seperti pengembangan model bisnis, manajemen keuangan, perencanaan dan desain produk, akuisisi mitra strategis, serta pelatihan keterampilan.

"CIMB Niaga berperan aktif dalam mengembangkan ide-ide sosial menjadi bisnis nyata yang berdampak. Setelah ide terealisasi, CIMB Niaga mulai memberikan akses pasar untuk dapat memperkenalkan ide sosial tersebut secara luas sehingga bisa memberikan dampak positif bagi semua pihak," kata Astrid dalam keterangan tertulis yang disampaikan kepada Tribunnews.com, Rabu (3/9/2025).

Setiap tahun, lanjut Astrid, dalam rangkaian kegiatan penjurian dan lokakarya tahunan, para alumni program diberikan kesempatan untuk berbagi pandangan mengenai ide sosial yang dikembangkan.

Mereka juga didorong untuk mempresentasikan bagaimana ide tersebut dapat diperkenalkan secara lebih luas, sekaligus mulai menghasilkan pendapatan melalui produk-produk yang dihasilkan dari inisiatif sosial tersebut.

Adapun visi jangka panjang Community Link #JadiNyata adalah membangun ekosistem dampak sosial yang berkelanjutan. Astrid menjelaskan, CIMB Niaga ingin menjadikan Community Link sebagai platform jangka panjang yang tidak hanya merealisasikan ide sosial, tetapi juga mendorong kolaborasi antar pelaku sosial.

"Kami juga ingin menghubungkan peserta dengan mitra strategis dan pasar (termasuk pasar di internal CIMB Niaga) dan menciptakan siklus tertutup yang memungkinkan dampak berkelanjutan," ungkapnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan