Senin, 29 September 2025

Setiap Krisis Selalu Hadirkan Peluang Baru bagi Industri Properti Indonesia

Perubahan perilaku konsumen dan dinamika ekonomi global membuat para pengembang harus berpikir lebih strategis.

Istimewa
KOTA MANDIRI - Penampakan kawasan Aniva dan Madison di Kota Mandiri Gading Serpong saat malam hari, Sabtu (9/8/2025). Gading Serpong, kota yang berada di Kecamatan Kelapa Dua dan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten dilengkap berbagai fasilitas lengkapi untuk hunian, komersial, pendidikan dan bisnis. 

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG – Industri properti Indonesia kembali memasuki fase penuh tantangan.

Perubahan perilaku konsumen dan dinamika ekonomi global membuat para pengembang harus berpikir lebih strategis.

Direktur Sales & Marketing Paramount Land, Chrissandy Dave, menekankan bahwa kondisi pasar properti saat ini tidak lagi sama dengan tiga tahun sebelumnya.

Menurutnya, masa 2022–2024 bisa disebut sebagai periode “mudah menjual”, di mana hampir semua produk properti—mulai hunian, komersial, hingga properti dengan skema pembayaran variatif—diserap pasar dengan cepat namun situasi kini berbeda.

Baca juga: Barito Group Ekspansi ke Bisnis Properti, Garap Hunian Tapak Rp500 Jutaan di Tangerang Banten

“Dulu, produk dengan ukuran, harga, atau cara bayar apa pun bisa diterima dengan mudah. Sekarang belum tentu,” ujar Chrissandy saat berbicara di hadapan ratusan agen properti dalam peluncuran Grand Boulevard Aniva Studio Loft di Gading Serpong, Tangerang, Banten belum lama ini.

Krisis: Bukan Akhir, Tapi Awal Peluang

Menurut Chrissandy, tantangan yang terjadi bukan karena masyarakat tidak lagi memiliki dana, melainkan perubahan prioritas.

“Banyak orang masih punya uang, tapi jangan lupa banyak juga yang terkena PHK. Akibatnya, preferensi pasar ikut berubah. Pengembang harus peka dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru ini,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa setiap krisis selalu menghadirkan ruang untuk peluang baru.

Sejarah membuktikan hal ini, mulai dari krisis moneter 1998 hingga pandemi Covid-19.

“Krisis 1998 membuat banyak orang jatuh, tapi juga melahirkan orang kaya baru. Saat pandemi, sebagian bisnis tumbang, namun digitalisasi melahirkan peluang baru yang luar biasa. Itu menjadi titik balik yang membuktikan bahwa setiap krisis menyimpan potensi besar,” tuturnya.

Konsistensi dan Inovasi Jadi Senjata Utama

Dalam menghadapi ketidakpastian, Chrissandy menilai konsistensi dan inovasi merupakan kunci utama.

Ia mendorong pengembang maupun agen penjualan untuk berani mencoba hal baru meskipun risiko kegagalan selalu ada.

“Satu kali coba belum tentu berhasil, bahkan lima kali pun bisa gagal. Tapi kalau kita berhenti, kita tidak akan pernah tahu hasilnya,” tegasnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan