Senin, 29 September 2025

Hadapi Tantangan Global, Industri Nasional Dituntut Jalankan Prinsip Keberlanjutan

Tantangan seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial dan ekonomi, serta krisis lingkungan menuntut aksi nyata yang terukur dan berkelanjutan.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
PRINSIP KEBERLANJUTAN - Suasana pemukiman dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta. Tantangan seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial dan ekonomi, serta krisis lingkungan menuntut aksi nyata yang terukur dan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk dunia industri. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia menempati peringkat ke-75 dari 167 negara dalam laporan Sustainable Development Report 2024, dengan skor Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs) sebesar 70,16.

Posisi ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di tengah krisis global yang semakin kompleks.

Pembangunan berkelanjutan bentuk proses pembangunan yang bertujuan memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Konsep ini menekankan keseimbangan antara, pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, Pelestarian lingkungan.

Baca juga: Kemenperin Minta Industri Batik Terapkan Prinsip Keberlanjutan

Ketua Dewan Pengarah (Steering Committee) CSR & SDGs Awards 2025, Agus Santoso, menegaskan, tantangan seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial dan ekonomi, serta krisis lingkungan menuntut aksi nyata yang terukur dan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk dunia industri.

Menurutnya, melihat kondisi tersebut, Corporate Social Responsibility (CSR) bukan lagi sekadar kewajiban moral atau kepatuhan regulasi.

"Melainkan strategi yang sejalan dengan tujuan besar mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs), yang Indonesia ikut serta mengusungnya menjadi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan," ujar Agus dikutip Rabu (13/8/2025).

Indonesia, lanjut dia, telah menerbitkan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2025 hingga 2045 oleh PPN/Bappenas RI yang merupakan tonggak penting dalam mempercepat visi dan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengatasi tiga krisis global yakni perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi.

Transisi ke ekonomi sirkular, kata Agus, sangat penting dimiliki perusahaan atau organisasi untuk beralih dari model ekonomi linear tradisional yang menyebabkan penipisan sumber daya, degradasi lingkungan, dan timbulan sampah dan limbah dalam jumlah besar.

"Karenanya inovasi sosial, sangat penting sebagai alat untuk mempercepat pencapaian target TPB/SDGs di Indonesia yang pada 2030 berdasarkan metadata revisi II Bappenas dari 17 Tujuan, 169 Target dan 247 Indikator," ucap Agus.

Karena itu, Agus mengatakan Yayasan Komunitas Indonesia Sejati, menggelar rangkaian CSR/SDGs Awards guna mendorong inovasi program CSR yang berdampak luas bagi masyarakat dan lingkungan, terutama dalam mengatasi kesenjangan sosial ekonomi, yang memerlukan inovasi baru dalam mendorong ekonomi sosial masyarakat, termasuk didalamnya pemberdayaan UMKM.

Ia menyebut, dengan menciptakan nilai dalam rantai pasok perusahaan, dan menciptakan creating share value dalam bisnis perusahaan, akan memberikan dampak signifkan bagi kemajuan perusahaan dan manfaat masyarakat dan pelaku usaha kecil, mitra perusahaan.

Kemudian kegiatan ini bertujuan membangun kolaborasi multipihak untuk mencapai target SDGSs, dan menginspirasi perusahaan lain untuk berkomitmen pada praktik bisnis berkelanjutan.

"Kami bertujuan menyelenggaran launching CSR & SDGs Award ini tidak sekedar seremoni, tetapi sebagai momentum atau titik tolak membangun komitmen bersama, mewujudkan pertumbuhan ekonomi, kepedulian sosial, dan kelestarian lingkungan yang bisa seiring demi masa depan yang lebih baik," ucapnya.

Agus menyampaikan pihaknya meyakini telah banyak perusahaan/organisasi memiliki komitmen kuat dalam menjalankan bisnis yang bertanggungjawab secara sosial dan lingkungan yang sangat erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana tercermin dalam visi dan misi masing-masing perusahaan/organisasi. 

Komitmen tersebut menjadi tekad dari seluruh komponen internal perusahaan/organisasi dalam setiap keputusan bisnis yang diambil tidak hanya memperhitungkan aspek profitabilitas, namun juga mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusan bisnis tersebut, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

"Perusahaan/Organisasi senantiasa berupaya untuk memaksimalkan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan melalui program tanggungjawab sosial yang meliputi; kegiatan-kegiatan di bidang tata kelolola perusahaan, praktik ketenagakerjaan, keselamatan kerja, Hak Asasi Manusia (HAM), konsumen/pelanggan, lingkungan hidup dan tanggungjawab sosial terhadap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di mana Perusahaan/Organisasi beroperasi," tutur Agus.

Ajang ini, mengacu pada ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility yang diterbitkan oleh ISO (International Standards Organization) pada tanggal 1 November 2010 di Jenewa, Swiss, dan telah diadopsi oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) sesuai Surat Keputusan Kepala BSN No. 64/KEP/BSN/4/2013 tentang Penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 26000:2013 Panduan Tanggung Jawab Sosial (Guidance on Social Responsibility – ISO 26000:2010, IDT).
 
 
 
 
 
 
 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan