Pertumbuhan Ekonomi
Bagaimana Bisa Banyak PHK dan Daya Beli Lemah Tapi Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,12 Persen?
Pada Januari-Juni 2025, jumlah pekerja di PHK mengalami kenaikan dibanding periode yang sama pada tahun lalu mencapai 32,19 persen.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumnkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan (year on year/YoY).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan kapasitas suatu negara atau wilayah dalam memproduksi barang dan jasa selama periode waktu tertentu.
Secara umum, ini mencerminkan kenaikan output ekonomi yang biasanya diukur melalui indikator seperti Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan nasional riil.
Baca juga: Kuartal II 2025, Kinerja Manufaktur di Atas Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud menyampaikan, PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada kuartal II 2025 tercatat sebesar Rp 5.665,9 triliun, sementara atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp 3.264,5 triliun.
“Sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 bila dibandingkan kuartal II 2024 tumbuh 5,12 persen YoY,” tutur Edy, Selasa (5/8/2025).
Tak Sesuai Kondisi di Masyarakat
Direktur Eksekutif Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 tidak sesuai kondisi riil ekonomi yang ada di masyarakat.
"Ada beberapa data yang janggal, salah satunya soal pertumbuhan industri pengolahan. Selisih datanya terlalu berbeda antara BPS dan Purchasing Managers' Index Manufaktur,” tutur Bhima dikutip Rabu (6/8/2025).
S&P Global mencatat, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi atau di bawah level 50, sepanjang kuartal II 2025 atau April di level 46,7, Mei 47,4, dan turun menjadi Juni 46,9.
Sedangkan BPS mencatat pada kuartal II 2025 industri pengolahan menjadi kontribusi pertumbuhan ekonomi tertinggi yakni sebesar 18,67?ngan pertumbuhan sebesar 5,68% YoY.
“Akhir Juni 2025, PMI Manufaktur turun dari 47,4 menjadi 46,9. Jadi penjelasannya apa? bagaimana mungkin PHK massal di padat karya meningkat, terjadi efisiensi dari sektor industri, bahkan di sektor hilirisasi juga smelter nikel ada yang berhenti produksi,” kata Bhima dikutip dari Kontan.
Data Kementerian Ketenagakerjaan, pada Januari-Juni 2025, jumlah pekerja di PHK mengalami kenaikan dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
Kenaikannya mencapai 32,19 persen dari 32.064 pekerja terkena PHK pada Januari-Juni 2024, menjadi 42.385 pada periode yang sama tahun ini.
Bhima juga menyampaikan, data konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran terlihat janggal dan tidak mencerminkan kondisi konsumsi rumah tangga periode tersebut.
BPS mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% YoY, naik tipis naik dari kuartal sebelumnya sebesar 4,89% YoY, dengan kontribusi tertinggi yakni sebesar 54,25%.
Menurut data BPS konsumsi rumah tangga periode tersebut didorong kebutuhan bahan makanan dan minuman jadi meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur Idulfitri, Waisak, Kenaikan Isa Almasih, dan Iduladha serta libur sekolah. Mobilitas masyarakat meningkat mendorong peningkatan konsumsi untuk transportasi dan restoran.
Akan tetapi, data pendorong tersebut menurut Bhima tidak masuk di akal.
Menurutnya, tanpa adanya momentum penting seperti Lebaran, akan cukup sulit mendorong konsumsi rumah tangga.
“Kuartal II 2025 cuma kebagian sedikit di April Lebaran, enggak make senses,” sambungnya.
Sejalan dengan itu, tidak ada momen yang membuat peningkatan konsumsi rumah tangga meningkat pada periode tersebut.
Misalnya terindikasi dari Indeks keyakinan konsumen (IKK) juga melemah dari Maret 2025 sebesar 121,1 turun menjadi 117,8 pada Juni 2025.
“Ini tidak mencerminkan pertumbuhan konsumsi karena pada kuartal II 2025 tidak ada momentum seasonal seperti Lebaran yang dorong konsumsi rumah tangga. Menjadi pertanyaan pertumbuhan 4,97% itu pendorongnya apa?,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Bhima khawatir data BPS ke depan akan mengganggu kepercayaan publik, atau bahkan BPS tidak bisa jadi referensi pengambilan strategi bisnis, sehingga diperlukan data pembanding lainnya yang lebih kredibel.
Bantah Melakukan Poles
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membantah pemerintah memoles pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 menjadi lebih bagus.
Ketika ditemui di kantornya pada Selasa (5/8/2025) malam, Airlangga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II berkat konsumsi konsumen tumbuh tinggi sekitar 4,97 persen dan ini mewakili 54 persen dari pertumbuhan ekonomi.
"Kemudian investasi tumbuh 6,99 persen. Kemudian transaksi di eceran meningkat. Uang elektronik 6,26 persen. Kemudian marketplace tumbuh quarter to quarter 7,5 persen," kata Airlangga.
"Lalu dari perjalanan akibat kita membuat kebijakan, baik itu pesawat, kereta api, maupun jalan tol, itu perjalanan wisatawan nusantara tumbuh 22,3 persen. Wisatawan mancanegara tumbuh 23,32 persen," ujarnya.
Lalu, ia mengatakan bahwa secara tahunan, jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta dari Februari 2024 ke Februari 2025 itu mendekati 3,6 juta.
Airlangga kemudian ditanya oleh wartawan apakah ada upaya pemolesan atau memperbagus data pertumbuhan ekonomi ini.
Ia sempat diam dan tidak menjawab pertanyaan tersebut dan memilih masuk ke mobilnya.
Sebelum meninggalkan kantornya, Airlangga sempat membuka kaca mobil dia.
Wartawan terus bertanya apakah ada permainan atau tidak di balik angka pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025.
Airlangga hanya memandang keluar dan sempat memberi jempol dan melambaikan tangan kanannya.
Sesaat sebelum mobilnya pergi, Airlangga akhirnya bersuara. "Mana ada," katanya secara singkat.
Mobil dia pun pergi meninggalkan kantor Kemenko Perekonomian yang saat itu sedang diguyur hujan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
pertumbuhan ekonomi
Bhima Yudhistira
PHK
Konsumsi
BPS
SDG08-Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen Masih Masuk Akal, Ronny P Sasmita: Lain Cerita Jika Tumbuh 6 Persen |
---|
Universitas yang Pernah Dipimpin Anies Baswedan Ragukan Data Pertumbuhan Ekonomi RI dari BPS |
---|
Kejanggalan Pertumbuhan Ekonomi RI 5,12 Persen: Ada Telepon Langsung dari Istana ke Kantor BPS? |
---|
DPR: Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen Tunjukkan Kembalinya Kepercayaan Publik dan Investor |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.