Minggu, 5 Oktober 2025

Saham Global Menguat, Investor Berharap Suku Bunga AS Kembali Turun

Pasar saham global kembali menguat pada awal pekan ini didorong oleh harapan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga acuannya.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
wharton.upenn.edu
ILUSTRASI - Gedung bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve. Pasar saham global kembali menguat pada awal pekan ini didorong oleh harapan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, segera memangkas suku bunga acuannya. 

 

TRIBUNNEWS.COM - Pasar saham global kembali menguat pada awal pekan ini didorong oleh harapan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan segera memangkas suku bunga acuannya.

Harapan penurunan suku bunga diumumkan setelah laporan ketenagakerjaan AS pada Juli menunjukkan hasil yang jauh di bawah ekspektasi, sekaligus merevisi tajam data bulan sebelumnya, dilansir dari Reuters.

Laporan nonfarm payrolls yang dirilis Jumat lalu menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja AS. Data ketenagakerjaan bulan Mei dan Juni juga direvisi turun signifikan, yang menyebabkan pasar saham AS anjlok tajam pada akhir pekan lalu dan dolar AS tertekan.

Pada Senin (29/7/2025) lalu, pasar mulai kembali stabil. Indeks saham Eropa STOXX 600 tercatat naik 0,6 persen pada perdagangan pagi.

Di sisi lain, peluang The Fed untuk memangkas suku bunga pada September melonjak menjadi 85 persen, yang turut menenangkan pasar keuangan global.

Analis Pasar Pepperstone Michael Brown menyebut, revisi data yang besar mengindikasikan pelemahan nyata di pasar tenaga kerja AS.

"Revisi bersih yang signifikan ini menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja memang sedang melemah secara lebih serius," ucap Brown dikutip dari Reuters.

Kekhawatiran investor pasar saham kian kuat akibat dari Presiden Donald Trump kabarnya telah memecat kepala Biro Statistik Tenaga Kerja AS.

Langkah ini memicu keraguan terhadap kredibilitas data ekonomi AS dan meningkatkan kekhawatiran akan campur tangan politik dalam kebijakan suku bunga.

Trump juga disebut-sebut akan mengisi satu kursi di dewan gubernur The Fed dalam waktu dekat. Kepala Riset Valuta Asing NAB Ray Attrill mengatakan, keputusan Trump tersebut berpotensi mempercepat perubahan arah kebijakan moneter.

"Ini membuka peluang dukungan lebih besar dalam tubuh The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih cepat," ungkap Attrill.

Baca juga: Pemerintah Segera Guyur Insentif untuk Industri Padat Karya, Sebagian Bunga Pinjaman Ditanggung

Dari pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS bertenor 2 tahun anjlok hampir 25 basis poin pada Jumat lalu, penurunan harian terbesar sejak Agustus tahun lalu. Penurunan ini mencerminkan ekspektasi pasar bahwa kebijakan moneter The Fed akan segera dilonggarkan.

Sementara itu, kontrak berjangka saham Wall Street naik antara 0,6 persen hingga 0,7 persen pada Senin, menunjukkan potensi pemulihan setelah indeks S&P 500 jatuh 1,6 persen dan Nasdaq turun 2,2 persen pada Jumat.

Baca juga: Profil Jerome Powell, Bos Bank Sentral Amerika yang Terancam Dipecat Donald Trump

Di pasar valuta asing, dolar AS yang sempat turun 1,4 persen pada Jumat (penurunan harian terbesar sejak April), kembali menguat tipis pada Senin.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved