Sabtu, 4 Oktober 2025

Menaker Ungkap Ada Masalah Pada Kualitas Tenaga Kerja RI, 85 Persen Lulusan SMA

Yassierli mengungkapkan adanya masalah pada kualitas tenaga kerja di Indonesia, salah satunya soal tingkat pendidikan yang masih rendah.

Endrapta Pramudhiaz/Tribunnews.com
KUALITAS TENAGA KERJA - Menteri Ketenagakerjaan Yassierli ketika ditemui di sela acara KTT INDEF 2025 di Hotel Aryaduta Mentang, Jakarta, Rabu (2/7/2025). Ia mengungkap bagaimana adanya masalah terkait kualitas tenaga kerja di Indonesia. Dok: Endrapta Pramudhiaz 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan adanya masalah pada kualitas tenaga kerja di Indonesia, salah satunya soal tingkat pendidikan yang masih rendah.

Hal itu ia sampaikan dalam acara KTT INDEF 2025 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, Rabu (2/7/2025).

"Unfortunately, kualitas tenaga kerja kita ini juga problem. 85 persen itu adalah lulusan SMA, SMK maksimal. Ini menjadi tantangan kita. Kalau pengangguran standar lah ya," kata Yassierli.

Baca juga: Revisi Permendag 8/2024 Ditunda, LPEM UI Khawatir Jumlah PHK Bertambah dan Memukul Industri TPT

Dalam data yang dipaparkan Yassierli, jumlah angkatan kerja Indonesia saat ini mencapai 153,05 juta orang.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 145,77 juta sudah bekerja, sedangkan 7,28 juta lainnya masih menganggur.

Yassierli mengungkap produktivitas tenaga kerja RI juga masih rendah. 

Berdasarkan data yang ia paparkan, produktivitas Indonesia lebih rendah dari rata-rata negara ASEAN dan pertumbuhannya lambat.

"Kalau produktivitas, kita bicara long term. Enggak bisa kita ingin meningkatkan produktivitas 10 persen langsung dalam 2 tahun 3 tahun," ujarnya.

Menurut Yassierli, isu produktivitas sudah lama tidak menjadi fokus utama di Indonesia. Padahal, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas berkorelasi langsung dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

Yassierli kemudian bercerita bagaimana solusi berbasis kepada peningkatan produktivitas entah mengapa bisa hilang sesudah tahun 1990-an.

Baca juga: Tegaskan Komitmen, Menaker Yassierli Dorong Kemnaker Jadi Lingkungan Kerja Ideal bagi ASN

"Saya awal-awal kuliah S1 di teknik industri, produktivitas itu menarik. Saya sudah membayangkan bahwa saya bisa melakukan rekayasa at the level of korporasi. Kemudian come up dengan better productivity sekian kali lipat," ucap Yassierli.

"Tapi kemudian di tahun 2000-an kesini, kata-kata produktivitas itu sepertinya hilang. Saya juga enggak tahu kenapa. Ini akan kami hidupkan kembali," katanya.

Yassierli juga menyoroti bagaimana skill digital tenaga kerja di Indonesia rendah, yaitu hanya 19 persen atau lebih rendah dari benchmark negara maju sebesar 58-64 persen.

Lalu, Human Capital Index (HCI) Indonesia juga masih rendah. Berdasarkan data World Bank pada 2020, HCI Indonesia berada di angka 0,54 dibanding rata-rata ASEAN sebesar 0,59.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved