Senin, 29 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Dampak Penutupan Selat Hormuz Terhadap Industri Petrokimia Hingga Otomotif serta Pasokan Bahan Baku

Rencana Iran menutup Selat Hormuz dalam perangnya melawan Israel dan Amerika Serikat akan berdampak serius pada rantai logistik perdagangan dunia.

|
Editor: Choirul Arifin
HO/Kemlu RI/Kemlu RI
EVAKUASI WNI - Kementerian Luar Negeri RI mengevakuasi para Warga Negara Indonesia (WNI) dari Iran, Sabtu (21/6/2025). Konflik perang Iran melawan Israel dan Amerika Serikat dikhawatirkan berdampak serius pada rantai logistik perdagangan dunia untuk berbagai komoditas. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana Iran menutup Selat Hormuz dalam konflik perangnya melawan Israel dan Amerika Serikat dikhawatirkan berdampak serius pada rantai logistik perdagangan dunia.

Kondisi tersebut juga dikhawatirkan berdampak pada Indonesia. 

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Daniel Suhardiman mengungkapkan penutupan Selat Hormuz akan menekan pelaku usaha di industri elektronik baik di hulu maupun hilir.

Menurut dia, perang Iran vs Israel mengganggu rantai pasok global. Jika perang ini terjadi berkepanjangan, kondisi ini akan berdampak terhadap biaya produksi di industri elektronik yang masih banyak memerlukan bahan baku dan komponen dari impor.

Daniel mencontohkan kategori produk rumah tangga (home appliances) yang porsi impor bahan baku atau komponennya sekitar 70 persen.

Daniel mengatakan impor bahan baku dan komponen tersebut sebagian besar berasal dari negara Asia seperti China, Korea Selatan, Jepang, Taiwan dan Malaysia.

Impor dari wilayah Timur Tengah terbilang kecil seperti impor biji plastik dari Arab Saudi. Selain terganggunya rantai pasok logistik dunia, pelaku industri mengkhawatirkan kenaikan harga komoditas termasuk minyak mentah, serta pelemahan ekonomi dunia.

"Konflik dan masalah geo-politik ini memiliki track record menurunkan permintaan global. Dampak langsung yang dirasakan saat ini adalah kenaikan harga minyak, ini pasti memicu kenaikan harga bahan baku," terang Danie dikutip Kontan.co.id, Senin (23/6/2025).

Dampak Perang Iran-Israel ke Industri Otomotif

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Rachmad Basuki mengatakan, impor bahan baku dari Timur Tengah hanya di bawah 5 persen yang mencakup bahan baku aluminium dan plastik.

Substitusi bahan tersebut masih bisa didapatkan di dalam negeri maupun impor dari negara lain seperti China, Korea Selatan dan Malaysia.

Pelaku industri komponen otomotif mengantisipasi jika konflik ini berkepanjangan, maka lonjakan harga komoditas terutama harga minyak mentah bisa berdampak lebih luas.

Baca juga: Apindo: Perang Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Harga Barang Konsumsi dan Biaya Logistik

"Sampai saat ini akibat perang tersebut belum berdampak dari segi harga maupun logistik. Mungkin jangka panjangnya akan menekan pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia, serta imbas dari kenaikan harga energi akan berakibat kemana-mana," kata Rachmad.

Konflik Iran vs Israel memang telah memantik lonjakan harga minyak mentah dunia. 

Data pada TradingEconomics, hingga Senin (23/6/2025) malam, harga minyak mentah acuan West Texas Intermediate (WTI) sudah melonjak ke level US$ 74,3 per barel. Sedangkan Brent mendaki ke posisi US$ 77,4 per barel.

Dampak Perang Iran-Israel ke Industri Petrokimia 

Salah satu industri yang akan merasakan dampak signifikan dari lonjakan harga minyak adalah petrokimia. Sekretaris Jenderal Indonesia Olefin, Aromatic and Plastic Industry Association (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan sejauh ini dampak dari perang Iran vs Israel belum sesignifikan yang dikhawatirkan.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan