Senin, 6 Oktober 2025

Ekspor Listrik Hijau ke Singapura, Indonesia Bisa Menjadi Pemain Utama Ekosistem Energi Bersih

Bahlil Lahadalia merestui ekspor listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) ke Singapura sebesar 3,4 gigawatt (GW).

Editor: Sanusi
Tribunnews.com/Taufik Ismail
ENERGI BERSIH - Ekspor listrik hijau tidak hanya akan memperluas pasar energi terbarukan, tetapi juga mendorong percepatan investasi di sektor hilir. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia merestui ekspor listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) ke Singapura sebesar 3,4 gigawatt (GW).

Menyikapi hal itu, Anggota Komisi XII DPR Gandung Pardiman menyebut, kebijakan ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam mempercepat transisi energi nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam ekosistem energi bersih di kawasan.

Baca juga: Menteri ESDM Bahlil: Indonesia Bakal Punya Floating LNG Terbesar ke-9 di Dunia

Menurutnya, restu ekspor listrik hijau tidak hanya akan memperluas pasar energi terbarukan, tetapi juga mendorong percepatan investasi di sektor hilir, seperti industri panel surya dan sistem penyimpanan energi (BESS).

Ia menyebut, langkah ini akan membuka potensi ekonomi baru dengan nilai investasi mencapai 30–50 miliar dolar AS serta tambahan devisa negara sebesar 4–6 miliar dolar AS per tahun.

“Kita tidak hanya bicara ekspor energi, tapi juga bagaimana kebijakan ini membawa efek berganda bagi pembangunan industri hijau di dalam negeri. Indonesia bisa menjadi pusat manufaktur energi bersih di Asia Tenggara,” ujar Gandung, Jumat (13/6/2025).

Baca juga: DPR: Sikap Bahlil Hentikan Tambang PT Gag Buktikan Komitmen Pemerintah Jaga Raja Ampat

Gandung menegaskan, Indonesia harus mendapat manfaat maksimal dari ekspor energi hijau ini dan Indonesia memiliki peran strategis dalam peta transisi energi dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Selain itu, Gandung menyoroti peluang kerja sama teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS) lintas batas yang turut menjadi bagian dari kesepakatan bilateral.

Ia menilai, pengembangan CCS bersama mitra global seperti Shell, ExxonMobil, dan Pertamina membuka ruang baru dalam pengelolaan emisi dan penguatan energi rendah karbon.

“Carbon capture storage juga memberi peluang besar bagi Indonesia, baik dari sisi skema pembiayaan iklim, pendapatan negara, maupun pengembangan ekosistem teknologi dan turunannya. Ini harus dijadikan salah satu pilar dalam strategi transisi energi jangka panjang,” paparnya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved