Senin, 29 September 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Usai Penetapan Tarif Trump, Data Tunjukkan Barang Impor Justru Banjiri Amerika

Tercatat ekspor barang dan jasa AS berjumlah sekitar 278,5 miliar dolar pada bulan Maret, sementara impor naik menjadi hampir 419 miliar dolar AS.

Facebook The White House
TARIF DAGANG AS - Foto ini diambil pada Kamis (3/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah menandatangani kenaikan tarif dagang baru antara AS dan negara lain di dunia, di Gedung Putih di Washington, DC, AS pada Rabu (2/4/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Usai penetapan tarif impor baru yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada awal April lalu, sebuah laporan menyebut defisit perdagangan AS justru melonjak drastis.

Defisit perdagangan AS naik ke rekor tertinggi 140,5 miliar dolar AS pada Maret, karena konsumen dan bisnis sama-sama mencoba menghindari tarif terbaru dari Presiden Trump. Data dari federal menunjukkan penimbunan produk farmasi menjadi yang sangat besar, mengutip Japan Today.

Minus perdagangan tersebut telah meningkat sekitar dua kali lipat selama setahun terakhir. Pada Maret 2024, catatan Departemen Perdagangan menunjukkan, kesenjangan itu hanya di bawah 68,6 miliar.

Baca juga: General Motors Kurangi Produksi Mobil di Kanada demi Hindari Tarif Trump

Menurut data federal yang dirilis pada Selasa, ekspor barang dan jasa AS berjumlah sekitar 278,5 miliar dolar pada bulan Maret, sementara impor naik menjadi hampir 419 miliar dolar AS.

Jumlah tersebut masing-masing naik 500 juta dolar AS dan 17,8 miliar dolar AS dari perdagangan Februari.

Biro Sensus AS dan Biro Analisis Ekonomi mencatat barang konsumsi memimpin lonjakan impor, meningkat sebesar 22,5 miliar dolar AS pada bulan Maret dan khususnya produk farmasi naik 20,9 miliar miliar dolar AS. 

Kejadian ini menandakan bahwa produsen obat berusaha untuk mengantisipasi ancaman Trump untuk mengenakan tarif pada sektor tersebut.

Analis di Oxford Economics menyatakan, meskipun barang konsumsi menyumbang sebagian besar kenaikan pada bulan Maret, kini dapat dilihat produk farmasi naik 20 miliar dolar AS, hampir semuanya diimpor dari Irlandia.

"Ketidakpastian tetap tinggi dan tanda-tanda front-loading yang lebih luas mungkin terlihat dalam beberapa bulan mendatang," ungkap analis tersebut, dilansir dari Japan Today.

Impor barang modal, seperti komputer, serta suku cadang otomotif dan mobil, juga meningkat pada bulan Maret.  Namun, pasokan dan material industri, seperti logam dan minyak mentah yang masuk ke AS turun, terutama karena tarif baja dan aluminium, serta pungutan lain yang memengaruhi energi mulai berlaku.

Selain itu, impor berbasis layanan seperti perjalanan juga menurun. Secara keseluruhan, impor membanjiri AS untuk produk-produk yang telah atau dikhawatirkan akan segera terkena tarif impor baru.

Lonjakan impor baru-baru ini mencerminkan upaya perusahaan di seluruh AS untuk mendatangkan barang asing sebelum bea masuk lebih lanjut diberlakukan.

Pesanan baru untuk barang tahan lama yang diproduksi, melonjak 9,2 persen menjadi 315,7 miliar dolar AS pada Maret, data dari Biro Sensus AS pada bulan lalu.

Defisit perdagangan bulan Maret melampaui rekor bulanan terakhir sebesar 130,7 miliar dolar AS yang dilaporkan pada Januari, menandai lonjakan lebih dari 32 miliar dolar AS dari Desember.

Minggu lalu, Departemen Perdagangan melaporkan bahwa produk domestik bruto AS atau produksi barang dan jasa turun pada kecepatan tahunan 0,3 persen dari Januari hingga Maret, menandai penurunan pertama dalam tiga tahun.

Impor tumbuh pada kecepatan total 41 persen untuk periode tersebut, menjadi laju tercepat sejak 2020, memangkas 5 poin persentase dari pertumbuhan kuartal pertama. 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan