SKK Migas: Produksi Gas 12 BCFD Bisa Terealisasi Pada 2030
Indonesia tengah menghadapi situasi yang tidak seimbang antara produksi dan serapan gas bumi di beberapa wilayah.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) optimistis target produksi gas 12 BCFD pada 2030 tercapai.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengatakan, gas bumi memiliki peranan penting saat ini, karena relatif lebih bersih dibanding energi fosil lainnya, seperti batubara dan minyak bumi.
“Seiring dengan itu, SKK Migas dan KKKS telah mencanangkan produksi gas 12 BCFD pada 2030,” kata Kurnia dalam Forum Gas Bumi, Kamis, (20/6/2024).
Baca juga: Terdapat Produksi Gas Bumi Melimpah di Jawa Timur, SKK Migas Dukung Pasar Baru di Luar Wilayah Kerja
SKK Migas optimistis target produksi tersebut bisa tercapai seiring dengan realisasi investasi yang menunjukkan tren meningkat. Bahkan, di tengah tren peralihan investasi ke energi baru terbarukan (EBT).
“Investasi hulu migas pada 2023 mencapai US$ 13,7 miliar. Dan pada 2024 kami perkirakan akan mencapai lebih dari US$ 15 miliar,” kata Kurnia.
Kurnia mengungkapkan Indonesia tengah menghadapi situasi yang tidak seimbang antara produksi dan serapan gas bumi di beberapa wilayah.
Baca juga: Kebutuhan Gas Bumi Cukup Besar, SKK Migas Imbau Produsen Produksi Gas Sebanyak-banyaknya!
Data Neraca Gas Bumi SKK Migas, menunjukkan wilayah Jawa Timur akan surplus gas setidaknya pada periode tahun 2024 hingga 2035..
Untuk tahun 2024, rata-rata ekses produksi gas bumi sekitar 90 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). Gas yang tidak dapat terserap ini tentu mempengaruhi pencapaian lifting gas bumi nasional. Keadaan ini juga berdampak pada pengembangan lapangan-lapangan baru oleh KKKS di Jawa Timur.
“Hal ini tentu berakibat pada kesinambungan produksi di masa mendatang, termasuk pencapaian produksi gas bumi sebesar 12 BCFD pada tahun 2030,” ujar Kurnia.
Di sisi lain, kata Kurnia, wilayah Jawa Barat mengalami defisit pasokan gas bumi. Kondisi ini terjadi karena produksi gas di wilayah Jawa Barat maupun area Sumatra Tengah dan Selatan yang memasok untuk pembeli Jawa Barat menunjukkan tren penurunan.
Baca juga: Optimalkan Serapan Gas Bumi Nasional, SKK Migas Mau Kumpulkan Para Pelaku Industri
“Per tahun 2024, defisit gas bumi di Jawa Barat mencapai 144 MMSCFD,” kata dia.
Ekses gas dari Jawa Timur yang tidak dapat mengalir ke Jawa Barat disebabkan belum tersambungnya infrastruktur di kedua wilayah tersebut. Harus diakui, infrastruktur jaringan gas yang belum terintegrasi menjadi tantangan tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan gas dalam negeri maupun optimalisasi lifting gas bumi.
Rencana pembangunan Pipa Semarang - Cirebon Tahap 2 yang akan dimulai semester II tahun ini dan ditargetkan selesai pada Desember 2025 diharapkan mampu menyelesaikan kendala tersebut.
Menurut Kurnia, forum ini diharapkan menjadi bola salju kolaborasi antara KKKS di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan pembeli gas bumi di Jawa Barat.
Kesepahaman antara kedua belah pihak tersebut akan membuat KKKS sebagai produsen merasa yakin gas yang diproduksi dapat diserap.
Baca juga: SKK Migas Dorong Peningkatan TKDN di Industri Hulu Migas
Sumber: Kontan
SKK Migas: Realisasi Lifting Minyak Bumi di Semester I 2025 Mencapai 578 Ribu Barel per Hari |
![]() |
---|
Komisi XII DPR Minta SKK Migas dan Kontraktor Agresif Kejar Target Produksi Minyak |
![]() |
---|
Potensi Bisnis Penyimpanan Karbon Besar, tapi Perlu Dukungan Perizinan |
![]() |
---|
DPR Sebut Proyek EBT Rp 25 T di 15 Provinsi Berpotensi Melepas Ketergantungan pada Energi Fosil |
![]() |
---|
SKK Migas Akui PHE Terus Lakukan Eksplorasi di Tengah Berbagai Tantangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.