Rusia-China Hampir Sepakat Singkirkan Dolar AS, 95 Persen Transaksi Pakai Rubel dan Yuan
Rusia dan China hampir mencapai kesepakatan menyingkirkan mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangan Rusia-Tiongkok.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Rusia dan China hampir mencapai kesepakatan menyingkirkan mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangan Rusia-Tiongkok.
Hampir semua pembayaran antar negara kini dilakukan dalam rubel dan yuan.
Wakil Perdana Menteri Pertama Rusia Andrey Belousov mengumumkan pada hari Senin mengatakan, 95 persen perdagangan antar negara kini diselesaikan dalam mata uang nasional masing-masing.
Sejak diberlakukannya sanksi Barat terhadap Moskow, Rusia dan Tiongkok telah mempercepat penggunaan mata uang mereka sendiri dalam perdagangan.
Belousov menjelaskan, 95 persen dari seluruh transaksi antara Rusia dan Tiongkok kini dilakukan dalam salah satu mata uang nasional kedua negara tersebut, dan mengingat pesatnya perluasan perdagangan dan kerja sama timbal balik, persentase ini kemungkinan akan meningkat.
Berbicara pada pertemuan komisi antar pemerintah Rusia-Tiongkok di Beijing, wakil perdana menteri mengatakan perdagangan bilateral antara kedua negara akan melampaui target sebesar $200 miliar tahun ini, dan mungkin mencapai $300 miliar pada tahun 2030.
Dia mencatat bahwa Tiongkok telah lama menjadi salah satu mitra dagang utama Rusia dan cakupan peluang investasi bagi kedua negara semakin luas.
“Proyek investasi bersama baru sedang diluncurkan di sektor-sektor prioritas seperti industri otomotif, industri kimia pertambangan dan gas, pertanian, logistik, sektor TI dan lain-lain,” kata Belousov.
Perdagangan Rusia-Tiongkok berada pada jalur rekor pada tahun 2023BACA LEBIH LANJUT: Perdagangan Rusia-Tiongkok berada pada jalur rekor pada tahun 2023
Baca juga: Dedolarisasi Makin Menguat: Banyak Bank Sentral Borong Emas, China Beli Paling Banyak
Perusahaan-perusahaan Tiongkok mendapat manfaat besar dari keluarnya perusahaan-perusahaan Barat dari pasar Rusia, karena mereka secara aktif mengisi kekosongan yang ada dan ingin memperluas kehadiran mereka di Rusia lebih jauh.
“Penarikan perusahaan-perusahaan Barat dari Rusia telah menciptakan peluang besar bagi mitra-mitra Tiongkok untuk mengambil bagian dalam perusahaan-perusahaan Rusia yang bergerak di bidang minyak dan gas, petrokimia dan manufaktur mobil, serta perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang konsumsi, produk kaca, dan bahan-bahan konstruksi,” kata Belousov.
Baca juga: Dedolarisasi Makin Masif, Ini 9 Negara dan Kawasan yang Mulai Meninggalkan Dolar Termasuk Indonesia
Rusia sebagian besar memasok produk-produk energi kepada Tiongkok, seperti minyak dan gas, serta produk-produk olahan, pangan pertanian, dan produk-produk industri.
Tiongkok telah mengekspor hampir semua jenis barang, termasuk makanan, peralatan, telepon seluler, elektronik, produk teknik, furnitur, mainan, tekstil, pakaian, dan alas kaki.
Mesir Kerahkan Rudal HQ-9B China di Sinai, Tingkatkan Kekhawatiran Israel |
![]() |
---|
Hasil Badminton China Masters 2025: Skor Afrika Warnai Kegagalan Alwi Farhan ke 16 Besar |
![]() |
---|
Hasil Badminton China Masters 2025: Jafar/Felisha Mode Sangar, Pulangkan Utusan Jepang |
![]() |
---|
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.302: AS Setujui Paket Bantuan Senjata Pertama Era Trump untuk Ukraina |
![]() |
---|
Jadwal Badminton Hari Ini: Ada China Masters 2025, Dejan/Bernadine di Indonesia Masters 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.