UMKM dan Kreator Lokal Tolak Wacana Larangan Social Commerce
Sebagian pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan kreator lokal menolak wacana pemisahan fungsi media sosial dan e-commerce di Indonesia.
"Saya awalnya hanya scroll-scroll TikTok saja seperti pengguna kebanyakan. Namun ketika saya bikin konten terkait ibu dan bayi, kok ya trafiknya langsung meningkat. Saya kemudian coba-coba gabung 'keranjang kuning' dan jualan perlengkapan ibu dan bayi," ujarnya.
"Saya kasih tips bagaimana caranya pakai gendongan, dan lain-lain. Dari awalnya sekali live dapat ratusan ribu, saat ini setiap bulannya saya bisa menghasilkan 1 sampai 2 miliar," ujar kreator asal Bandung
yang bernama lengkap Hendri Alejandro.
Menurut Hendri, TikTok tidak sekedar memberikan platform gratis untuk berjualan, tapi kadang juga memberikan promo seperti gratis ongkir. Yang membuatnya lebih tertarik lagi, TikTok dengan sigap menghadirkan pendamping yang membantunya mengembangkan akunnya menjadi lebih besar lagi.
Pada April 2022 dia mengaku dihubungi TikTok Creator Manager yang membantu dia dalam mengelola
akun supaya lebih berkembang.
"Intinya sih konsisten, jangan mudah menyerah. Dari situ akan terlihat hasilnya. Saya butuh sekitar 2 sampai 3 bulan untuk bisa booming di TikTok dan menghasilkan uang," kata Hendri.
Kreator lokal lainnya, seorang ibu rumah tangga bernama Indah Putri, sempat menitikkan air mata ketika menceritakan kesulitan hidupnya sebelum akhirnya sukses meraih penghasilan dari social commerce.
"Dulu nafkah keluarga kami hanya dari suami yang bekerja sebagai ojol. Saya awalnya hanya iseng posting konten di TikTok, tidak mengerti cara mengedit video dan jualan. Namun saya belajar terus dan konsisten posting video."
"Dari situ, follower bertambah dan pendapatan semakin meningkat hingga mencapai Rp1 miliar per bulan. Semua saya lakukan sendirian hingga saat ini," kata Indah yang telah dikaruniai dua orang anak.
Karena telah menggantungkan hidupnya di social commerce, Indah pun merasa khawatir saat
ada pemberitaan terkait pemisahan media sosial dan e-commerce. Kata dia, semua konsumennya di social commerce rata-rata adalah ibu-ibu rumah tangga yang tertarik membeli peralatan rumah tangga dari akunnya. Mereka tidak semua mengerti teknologi dan aplikasi.
Malah kadang ada yang meminta bantuannya untuk melakukan check-out barang.
"Ibu-ibu yang beli barang di TikTok Shop rata-rata tertarik karena bisa melihat barangnya secara langsung. Bukan cuma gambar. Kami sebagai kreator juga memperlihatkan secara jelas apa
kelebihan dan kekurangan dari produk tersebut," tuturnya.
Di sinilah kemudian mereka yang tadinya iseng scroll di TikTok, nemu akun kami, melihat video kami saat promosi produk, kemudian membeli, langsung membayar dan kirim. Barang pun besoknya langsung datang.
"Tidak semua platform bisa seperti ini," jelas Indah.
Ditambahkan Dino, ini juga salah satu alasan mengapa dia menyebut jika wacana pemisahan ini sebagai sebuah kemunduran. Semua orang, tak terkecuali UMKM lokal, menurutnya harus bisa beradaptasi dengan inovasi untuk bisa bertahan di tengah gempuran digitalisasi.
Mengenal Apa Itu Tepuk Sakinah untuk Calon Pengantin, Lirik dan Maknanya, Viral di TikTok |
![]() |
---|
Komdigi Buka Rekrutmen Pandu Literasi Digital 2025: Persyaratan, Link, dan Cara Daftarnya |
![]() |
---|
TikTok Jadi Alat Tawar, China Pertimbangkan Lepas Kepemilikan di AS demi Konsesi Dagang dari Trump |
![]() |
---|
Cinta Produk Lokal Harus Jadi Gerakan |
![]() |
---|
Kunci Gitar Lagu Tentang Dia - Melly Goeslaw ft Evan Sanders, Viral TikTok: Berakhir Karam di Hatimu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.