Senin, 29 September 2025

Masyarakat Diingatkan Waspada Investasi Bodong Berkedok Trading Forex

Masyarakat harus bisa membedakan trading forex dan komoditi asli dengan yang abal-abal. ini cara membedakannya

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
istimewa
Ilustrasi forex 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat harus bisa membedakan trading forex dan komoditi asli dengan yang abal-abal.

Hal itu disampaikan Narko Santoso, trader dengan gelar Certified Technical Analyst.

Menurutnya, hal yang paling umum dari investasi bodong berkedok trading forex adalah memberikan penawaran investasi dengan menjanjikan fixed income dalam bentuk paket-paket investasi.

Baca juga: Belajar dari Kasus Binary Option, Publik Perlu Layanan Edukasi tentang Trading Forex

Ciri lainnya calon investor juga diminta untuk mencari anggota baru dengan sistem member get member.

"Trading forex asli adalah bisnis penuh dengan pengelolaan resiko, tidak ada iming-iming imbal hasil pasti profit seperti yang biasa ditawarkan bisnis ponzi berkedok robot forex," katanya, dikutip Jumat (12/5/2023).

Narko mengatakan calon trader trading forex harus menggunakan broker umum yang memiliki perizinan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Forex, lanjutnya, bisa membuat seseorang sukses, namun bukan jalan pintas semalam menuju kesuksesan.

Membutuhkan proses jam terbang untuk mengenal banyak situasi dan kondisi karakter market yang berbeda-beda.

"Trading forex adalah bisnis yang memerlukan ilmu dan pengalaman. Sama halnya kita membangun sebuah bisnis, faktor resiko, kemungkinan, dan kegagalan adalah hal yang dapat terjadi. Bagi kalian yang ingin menekuni bisnis forex dan ingin berhasil fokus belajar sistem trading, analisa, money management, dan mindset trading yang benar," ungkapnya.

Baca juga: Viral Wanita Teriak Jadi Korban Investasi Bodong Hingga Rapat DPR Terhenti, Begini Respons Kapolri

Dia pun menceritakan pengalamannya saat awal mengenal dunia trading forex.

"Ke dunia trading di usia 19 tahun karena ingin merubah kondisi ekonomi keluarga, bertemu teman yg kebetulan juga sedang belajar trading," jelasnya

Awalnya, kata dia, sempat merasakan profit. Memiliki penghasilan Rp 2 juta per minggu jauh lebih besar dari gajinya saat itu yang sebesar Rp 2 juta per bulan.

"Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, dari coba-coba sendiri ikut-ikutan teman, ajak ayah, hingga berani hutang ke saudara, malah berakhir boncos mengalami kerugian dan harus menanggung beban hutang," ungkapnya

Sejak saat itu dia belajar lebih dalam lagi, menghabiskan waktu tiga tahun lamanya untuk bisa melakukan trading dengan benar. Hingga berhasil membangun tim tradingnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan