Sabtu, 4 Oktober 2025

Krisis Evergrande, Kisah Keruntuhan Raksasa Properti yang Pukul Ekonomi China

Masalah di sektor properti meningkat pada tahun lalu ketika Evergrande, pengembang properti terbesar kedua di China, gagal membayar utangnya.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
The Jakartapost
China Evergrande. Pihak berwenang China berupaya mengakhiri krisis di sektor properti negara itu yang telah membebani perekonomian Beijing selama satu tahun terakhir. Masalah di sektor properti meningkat pada tahun lalu ketika Evergrande, pengembang properti terbesar kedua di China, gagal membayar utangnya. 

Permintaan real estate di kota-kota besar China seperti Beijing, Shanghai, Shenzhen, dan Guangzhou membuat harga properti menjadi salah satu yang termahal di dunia.

Baca juga: Utang Membengkak, China Evergrande Percepat Pengiriman Mobil Listrik Hengchi 5

Perusahaan ini akhirnya mengambil pinjaman untuk memenuhi permintaan real estate.

Namun, terjadi penurunan harga properti di kota-kota kecil menyusul langkah pemerintah China pada 2020 yang memberlakukan aturan baru untuk mengontrol jumlah utang pengembang properti besar.

Langkah-langkah baru itu membuat Evergrande menawarkan propertinya dengan diskon besar untuk memastikan uang masuk agar bisnisnya tetap bertahan.

Aturan itu pun membuat raksasa properti ini berjuang untuk memenuhi pembayaran bunga atas utangnya.

Perusahaan ini sampai memberikan pilihan kepada karyawannya, tidak menerima bonus gaji selama bekerja atau memberikan pinjaman kepada perusahaan.

Sekitar 70 hingga 80 persen karyawan perusahaan ini diminta memberikan uang untuk membantu mendanai operasi Evergrande.

Keruntuhan Evergrande dan Dampaknya bagi China

Ada beberapa alasan mengapa keruntuhan pada raksasa properti ini dapat menjadi masalah serius.

Pertama, banyak orang membeli properti dari Evergrande bahkan sebelum proses pembangunan dimulai. Mereka telah membayar simpanan, sehingga uang mereka berpotensi hilang ketika perusahaan dihantam keruntuhan.

Selain itu, ada juga perusahaan yang berbisnis dengan Evergrande seperti perusahaan konstruksi dan desain, serta pemasok bahan yang mengalami kerugian besar akibat proyek yang gagal.

Yang ketiga adalah dampak potensial pada sistem keuangan China: Jika Evergrande gagal membayar utang, bank dan pemberi pinjaman lainnya mungkin terpaksa meminjamkan lebih sedikit.

Baca juga: Kasus Evergrande Dinilai Tidak Berdampak Negatif ke Sektor Properti Indonesia

Hal ini dapat menyebabkan apa yang disebut sebagai krisis kredit, yaitu ketika perusahaan berjuang untuk meminjam uang dengan harga yang terjangkau.

Ini juga dapat membuat takut investor asing, yang melihat China sebagai tempat yang kurang menarik untuk menaruh uang mereka.

Pemerintah China bahkan sampai turun tangan untuk mengatasi masalah ini, dengan meyakinkan publik bahwa utang Evergrande dapat diatasi. Namun hingga akhir tahun lalu, perusahaan masih melewatkan jatuh tempo untuk membayar sebagian utangnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved