BBM Bersubsidi
Sinyal Makin Kuat, BBM Subsidi Bakal Naik Dalam Waktu Dekat, Ini Indikasinya
Pada tahun ini jumlah kuota Pertalite hanya dipatok 23 juta KL, dan diprediksi sebelum akhir tahun kuota bakal habis.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam sepekan terakhir, santer dibicarakan bahan bakar minyak (BBM) subsidi bakal mengalami penyesuaian harga, alias naik.
Jenis BBM yang harganya bakal meningkat adalah Pertalite. Hal ini berawal dari laporan PT Pertamina (Persero) selaku lembaga penyalur BBM subsidi yang menyebutkan penyaluran Pertalite telah mencapai 16,8 juta kilo liter (KL) hingga Juli 2022.
Jika ditilik lebih lebih lanjut, kuota BBM bersubsidi Pertalite kian tipis. Pasalnya, pada tahun ini jumlah kuotanya hanya dipatok 23 juta KL, dan diprediksi sebelum akhir tahun, kuota Pertalite bakal habis.
Namun di sisi lain, Pemerintah memberikan sinyal bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) cukup sulit apabila harus kembali menambah subsidi untuk BBM.
Baca juga: Soal Harga BBM, Luhut: Presiden Mungkin akan Umumkan Kenaikan Minggu Depan, Puan: Belum Ada Usulan
Sinyal harga Pertalite bakal naik semakin kuat, setelah Pemerintah melalui sejumlah Kementerian menyampaikan pernyataannya beban susidi energi.
Harga Keekonomian Sangat Tinggi, Skema Bansos Tengah Disiapkan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengungkapkan, saat ini Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menyesuaikan harga BBM jenis Pertalite.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan, harga jual Pertalite yang kini dijual sangat terpaut jauh jika dibandingkan dengan harga keekonomian.
Seperti diketahui, harga keekonomian BBM jenis Pertalite seharusnya dibanderol Rp17.200 per liter jika dijual mengikuti fluktuasi harga minyak dunia. Namun saat ini harga jual Pertalite hanya Rp7.650.
"APBN kita sudah cukup (sulit kalau kembali menambah subsidi). Mungkin supaya harga jualnya ini agar tidak terlalu tinggi antara harga jual dan harga keekonomian, kita sedang hitung perlu opsi kenaikan harga," ucap Susiwijono di Sarinah Jakarta belum lama ini.
Ia juga mengatakan, untuk memutuskan naiknya harga Pertalite, diperlukan pembahasan serta hitung-hitungan yang sangat detail.
Baca juga: Ekonom: Harga BBM Subsidi Dilematis, Jokowi Terlanjur Janji Tidak Naikkan Pertalite
Karena, kenaikan BBM subsidi akan berdampak terhadap inflasi nasional. Sehingga, keputusan ini harus dilakukan secara hati-hati dan penuh pertimbangan.
"Angkanya semua dihitung. Kita semua sedang siapkan angkanya, kita sudah rapat beberapa kali," ucap Susiwijono.
"(Kembali ditegaskan) semua sedang dihitung, kalau naik nanti kontribusi ke inflasinya berapa karena kenaikan harga BBM akan dorong inflasi," lanjutnya.
Susiwijono kembali mengatakan, jika nantinya BBM jenis tersebut naik, Pemerintah memastikan harganya tak akan naik terlalu signifikan.
Selain itu, Pemerintah juga akan menyiapkan skema bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Baca juga: Para Menteri hingga Wapres Kompak Sebut Subsidi Energi Jebol Jika Harga BBM Tak Naik
Susiwijono kembali mengungkapkan, alokasi subsidi untuk BBM Pertalite dinilai kurang efektif. Pasalnya, masih banyak kendaraan mobil mewah yang memakai BBM subsidi tersebut.
"Kalaupun misalnya naik kita akan buat agar jangan terlalu berat, dan yang pasti kalau ada kenaikan kita siapkan bansos-bansos lagi dan ini lebih fair," ungkap Susiwijono.
"Karena kalau harga yang sekarang, semua ini menikmati. Yang pakai mobil-mobil juga pakai. (Seharusnya subsidi) ini bisa kita alirkan ke bansos," pungkasnya.
Menteri ESDM Sebut Anggaran Kompensasi Untuk BBM Subsidi Sudah Berat
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, di tengah harga minyak dunia yang masih terus berfluktuasi, pemerintah berupaya untuk memastikan ketersediaan BBM subsidi untuk masyarakat.
Namun, konsumsi BBM subsidi mengalami peningkatan signifikan selama beberapa waktu terakhir.
Baca juga: Menteri BUMN Erick Thohir: Sudah Bukan Eranya Lagi Yang Mampu Pakai BBM Subsidi
Peralihan penggunaan bahan bakar menuju BBM subsidi semakin marak seiring dengan terus meningkatnya harga BBM.
Oleh karenanya, pemerintah tengah menyiapkan sejumlah langkah untuk merespons hal tersebut.
Harapannya, anggaran subsidi BBM tidak semakin membengkak di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia.
"Saat ini sedang dikaji banyak opsi secara keseluruhan, nanti kami akan pilih yang terbaik, karena subsidi ini kompensasinya sudah berat sekali, sementara harga minyak masih cukup tinggi," ujar Arifin dalam keterangannya, Jumat (19/8/2022).
Pekan Depan Presiden Akan Umumkan Kenaikan Harga BBM
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemungkinan akan mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite dan Solar pada pekan depan.
Seperti dilansir Kompas, Luhut mengungkapkan bahwa harga BBM subsidi saat ini sudah membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Rp 502 triliun.
"Nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa bagaimana mengenai kenaikan harga ini (BBM subsidi). Jadi Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian karena kita harga BBM termurah di kawasan ini. Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita," katanya.
Luhut mengatakan, hal itu akan tergantung dari besaran harga kenaikan harga Pertalite dan Solar.
Luhut mengatakan, kebijakan kenaikan harga BBM merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengurangi beban APBN.
Selain itu, pemerintah juga mengaku sudah melakukan upaya peralihan ke kendaraan listrik, penggunaan biofuel.