YKLI Nilai Harga Pertamax Harus Disesuaikan, Ini Alasannya
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai, rencana penyesuaian harga Pertamax tak bisa dihindari.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai, rencana penyesuaian harga Pertamax tak bisa dihindari.
Selain harga minyak dunia yang terus melambung, juga karena SPBU swasta pun sudah beberapa kali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Memang tak ada pilihan. Kalau tidak disesuaikan, dikhawatirkan justru berdampak terhadap pelayanan kepada konsumen,” kata Tulus kepada wartawan, Jumat (11/2/2022).
Baca juga: Komisaris Utama Pertamina Ahok Ramal 5 Tahun Lagi SPBU Bakal Sepi, Apa Alasannya?
Menurut Tulus, kondisi real saat ini, memang membuat Pertamina tak punya opsi lain, kecuali menaikkan harga Pertamax.
Kondisi dimaksud, adalah harga minyak dunia yang terus melambung.
Seperti diketahui, untuk Jenis Brent misalnya, sekarang sudah menyentuh level 91,46 dolar AS per barel.
Harga tersebut adalah rekor dan tertinggi sejak 2014.
Bahkan, SPBU swasta seperti Shell, sudah beberapa kali menaikkan harga BBM mereka.
Untuk jenis RON 92, contohnya, saat ini harga produk Shell sudah Rp4.000 di atas Pertamax.
Baca juga: Pertamina Raih Keuntungan 6,1 Miliar Dolar AS Selama 2018-2020
“Pertamina tidak mungkin menjual rugi produknya. Dan saat ini, kerugian Pertamina dari Pertamax, yang saya dengar cukup tinggi. Dari sana, ya memang tak ada pilihan. Apalagi, menaikkan harga Pertamax merupakan aksi korporasi,” papar Tulus.
Di sisi lain, Tulus tidak menepis jika saat ini tingkat konsumsi Pertamax sudah semakin tinggi, yakni 20 persen dari total konsumsi gazoline.
“Karena itulah, jika Pertamina terus bertahan dengan harga saat ini, tentu kerugian yang dialami semakin membengkak,” imbuh Tulus.
Pertamax, menurut Tulus, merupakan BBM yang bisa menjadi pilihan terbaik bagi konsumen.
Dilihat dari kandungan oktan, contohnya, Pertamax memang lebih tinggi dibandingkan jenis lain.