Kementan Yakin Petani Milenial Mampu Tingkatkan Nilai Jual Produk Pertanian Lewat Teknologi
Pandemi virus corona (Covid-19) turut berdampak pada seluruh sektor penopang perekonomian, termasuk sektor pertanian.
Dedi menambahkan, Petani Milenial diyakini mampu 'menyulap' hasil pertanian sehingga memiliki nilai jual berkali lipat setelah masuk ke pasaran.
Menurutnya, peluang 'mencetak uang' di sektor pertanian tidak kalah dengan sektor lainnya.
"Nah yang seperti itu yang terus kita genjot kepada para petani milenial, kita tunjukkan bahwa peluang untuk dapat duit di sektor pertanian itu luar biasa terbuka lebar," tutur Dedi.
Terlebih hanya sektor pertanian yang tumbuh positif di kuartal II 2020, tepatnya saat pandemi berlangsung.
"Apalagi di masa pandemi, fakta menunjukkan hanya sektor pertanian yang tumbuh menggeliat positif," pungkas Dedi.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian tumbuh paling tinggi yakni sebesar 16,24 persen dibandingkan sektor lainnya pada Kuartal II 2020.
Pernyataan itu disampaikannya dalam acara Jakarta Food Security Summit-5 yang diadakan secara virtual, Rabu (18/11/2020) lalu.
"Pertumbuhan PDB kita pada kuartal II, kuartal III (2020) itu kurang lebih tumbuh 16,2 (persen) dibandingkan yang lain," ujar Syahrul.
Berdasar data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), PDB sektor pertanian menjadi penyumbang paling tinggi untuk pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2020 yang turun 4,19 persen (q to q), sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy) turun 5,32 persen.
Ia menambahkan bahwa sektor pertanian menunjukkan hasil yang memuaskan.
"Dalam masa pandemi, lebih khusus pertanian telah menunjukkan prestasi-prestasi yang sangat gemilang," kata Syahrul.
Meskipun kini ekonomi Indonesia memasuki zona resesi karena mengalami minus dua kali berturut-turut, namun dianggap lebih baik.
Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III 2020 minus 3,49 persen, dibandingkan pada Triwulan II 2020 yang minus 5,32 persen.
"Artinya dengan triwulan II, triwulan III, minus pertumbuhan ekonomi Indonesia dari minus 5 ke minus 3," jelas Syahrul.
Ia pun meyakini perbaikan pertumbuhan ekonomi tersebut didorong kontribusi dari sektor pertanian.