Rabu, 1 Oktober 2025

Pertumbuhan Ekonomi RI Minus, Ini Kata Pengamat Indef

Dia memandang harapan pemulihan ekonomi sejatinya berada pada tingkat belanja pemerintah untuk mendorong perekonomian RI.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
KONTAN/Fransiskus Simbolon
ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Institute for Development of Economics (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan pemerintah tidak responsif dalam menangani pandemi Covid-19.

Hal itu menyusul pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 minus 5,32 persen (year-on-year/ yoy).

Angka tersebut jeblok dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang tumbuh 2,97 persen (yoy) maupun dibandingkan kuartal II 2019 yang mampu tumbuh 5,05 persen (yoy).

Baca: BPS Catat Ekonomi Indonesia Minus 5,32 Persen

Baca: BPS Umumkan Pertumbuhan Ekonomi Siang Ini, RI Bakal Masuk Jurang Resesi?

"Kalau kita lihat kuartal II ini cukup aneh. Masa pertumbuhan belanja pemerintah bisa lebih rendah dari pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga," kata Bhima kepada Tribunnews, Rabu (5/8/2020).

Dia memandang harapan pemulihan ekonomi sejatinya berada pada tingkat belanja pemerintah untuk mendorong perekonomian RI.

"Tapi realitanya belanja pemerintah mencapai minus 6,9 persen secara year on year. Jadi ini salah satu penyebab kita dipastikan akan masuk pada resesi di kuartal III, karena belanja pemerintah tidak bisa diandalkan sebagai motor utama pemulihan ekonomi," tuturnya.

Bhima menyampaikan ketika tingkat konsumsi turun dan investasi rendah seharusnya harapan ada pada belanja pemerintah untuk memulihkan ekonomi nasional.

"Ini akan menjadi catatan serius, bagaimana belanja pemerintah itu ditahan bukan kemudian dicairkan, di saat-saat genting seperti sekarang," urainya.

Lebih lanjut, Bhima melihat belanja pemerintah yang ditahan itu bisa dipicu masalah birokrasi, ego sektoral, atau inkompetensi dari pejabat.

Pengamat milenial itu memandang perlunya perombakan total stimulus ekonomi agar pertumbuhan ekonomi di kuartal III dan kuartal IV tidak kembali negatif.

"Jadi sekarang bukan berbicara bagaimana supaya tidak masuk resesi. Itu sudah dipastikan. Yang penting sekarang mencari terobosan untuk pemulihan ekonomi," imbuh Bhima.

Jangan Khawatir

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV juga kemungkinan masih mengalami minus.

"Apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka Indonesia pada bulan Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi," kata Piter kepada wartawan Rabu (5/8/2020).

 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved