Inspirasi Bisnis
Sri Sujarwati Meraih Omset Ratusan Juta dari Olahan Salak Pondoh
“Saya prihatin, harga buah salak pondoh terus ‘terjun bebas’ saat panen raya,” terang Sujarwati.
Untuk membuat semua produk dan mendirikan Desa Wisata Dewi Kembar, awal mulanya Sujarwati harus merogoh kocek sendiri sekitar Rp 300 juta.
Dari modal tersebut dipergunakan untuk membeli bahan baku, alat produksi serta tenaga kerja. Mengingat usaha tersebut masih bersifat pemula maka Sujarwati belum percaya diri untuk menggunakan modal dari perbankan maupun investor.
Di sisi lain ia juga masih memiliki kewajiban untuk membiayai sekolah anak-anak yatim piatu yang ia angkat dan asuh. Sebagian anak-anaknya itulah yang kini membantu usahanya.
Toh, usahanya sempat tak berjalan mulus dan ia terpaksa harus jatuh bangun, terutama saat bereksperimen menciptakan produk baru seperti carica dan dodol. Tidak ada yang mengajarinya membuat produk.
“Semua adalah hasil uji coba yang panjang. Kalau gagal, saya bagikan ke tetangga. Satu-satunya pelatihan yang saya dapat adalah membuat carica salak di pabrik carica Wonosobo.
Intinya dalam mengelola usaha, jangan pernah berhenti berusaha. Kegagalan adalah suplemen untuk kesuksesan di hari mendatang, terus mencoba untuk mendapatkan hasil terbaik.”
Ketekunannya kini berbuah manis. Tak hanya sukses berbisnis, ia juga sering diundang menjadi narasumber.
Awalnya, Sujarwati memakai sistem titip jual ke supermarket dengan sistem bayar konsinyasi. Namun, sistem titip jual rupanya memberatkan keuangan sehingga akhirnya ia memutuskan menjualnya langsung ke konsumen.
Rajin mengikuti berbagai pameran membuat produknya akhirnya dikenal konsumen. “Yang paling terasa saat liburan atau lebaran. Pembeli konvoi mampir ke toko saya di Kembang Arum.”
Dipasarkan Sendiri
Tahun 2013, Sujarwati memutuskan mengambil Kre-dit Usaha Rakyat di Bank BRI. Selain untuk me-nambah modal usaha, untuk alat produksi serta kemasan produk.
“Sebelumnya saya belum berani me-ngambil kredit karena takut ti-dak bisa bayar. Namun setelah men-dapatkan pemahaman manfaat da-ri kredit untuk pengembangan usa-ha, maka saya pu-tuskan untuk me-ngambil kredit,” tuturnya.
Kini Sujarwati erat bergande-ngan dengan Bank BRI. Selain ingin menambah bantuan modal guna me-wujudkan pabrik olahan salak yang modern, ia juga menginginkan manfaat kerja sama yang lain seperti peningkatan kapasitas, pe-ngembangan pemasaran melalui event pameran.
Bila di awal usaha keuntungan yang ia peroleh bisa mencapai Rp25-50 juta per bulan, kini sudah mencapai Rp50-100 juta.
“Tapi saya tidak mau senang sendiri. Keuntungan terbesar saya gunakan untuk amal, membiayai sekolah anak-anak angkat saya. Istilah saya living for life,” katanya.