Sabtu, 4 Oktober 2025

Tahun Depan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,5 Persen

Perekonomian Indonesia akan tetap bertahan di tengah tajamnya penurunan harga komoditas secara global.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sugiyarto
zoom-inlihat foto Tahun Depan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,5 Persen
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
ilustrasi

TRIBUNNEWS, JAKARTA - Perekonomian Indonesia akan tetap bertahan di tengah tajamnya penurunan harga komoditas secara global. Demikian laporan terbaru Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW).

Namun perekonomian ‘raksasa’ Asia Tenggara ini bisa saja terkena dampak dari terhentinya berbagai proyek besar perusahaan tambang yang cenderung memilihuntuk menunggu harga komoditas kembali naik.

Laporan ICAEW yang berjudul Economic Insight: South East Asia, dikeluarkan oleh Cebr (The Centre for Economics and Business Research), mitra sekaligus forecaster ICAEW.

Penelitian yang dilakukan atas inisiatif ICEW ini memberikan ringkasan terkini mengenai kinerja perekenomian di Asia Tenggara kepada lebih dari 138.000 anggotanya. Laporan ini dibuat dengan meninjau perekonomian Asia Tenggara yang terfokus pada enam negara besar yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, yang dilakukan per kuartal.

Penasehat Ekonomi ICAEW sekaligus Chief Executive CEBR, Douglas McWilliams, menyatakan, hingga saat ini, harga komoditas telah memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah ASEAN, khususnya  sektor mineral di Indonesia.

Keyataan bahwa hampir 40% perekonomian ASEAN bersumber dari komoditas, penurunan investasi yang tajam di sektor ini akan memberi dampak pada perekonomian di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.

"Namun, tingkat investasi dan ekspor diharapkan akan kembali membaik pada tahun 2014, dan PDB Indonesia diperkirakan akan meningkat 6% pada saat itu,” katanya.

Lebih lanjut, dikatakannya pertumbuhan populasi yang pesat akan mendorong pertumbuhan serta meningkatkan standar kehidupan banyak negara di Asia Tenggara dikarenakan demographic dividend yang berarti meningkatnya proporsi jumlah angkatan tenaga kerja produktif.

Mark Billington, Regional Director, ICAEW Asia Tenggara mengatakan meningkatnya pengeluaran berarti peningkatan produktivitas. Tidak hanya dari segi jumlah namun juga kualitaspengetahuan dan keahlian yang ditawarkan melalui produk dan layanan.

"Indonesia kelak perlu meningkatkan jumlah tenaga profesional muda yang berkualitas tinggi serta memastikan ketersediaan sektor akuntansi dan keuangan yang kuat untukmendukung bisnis di dalam negeri sekaligus menarik investasi dari luar negeri," katanya.

Meskipun pengeluaran pemerintah di negara-negara ASEAN sangat beragam, perbandingan antara pengeluaran negara dengan produk domestik bruto memberikan ruang yang cukup besar untuk stimulus fiskal, khususnya bagi negara dengan tingkat pendapatan menengah dan tinggi.

Dengan pengendalian hutang pemerintah, negara-negara Asia Tenggara dapat mendorong pertumbuhan perekonomian melalui anggaran pembelanjaan negara apabila terjadi krisis ekonomi global.

Sektor komoditas telah menjadi pendorong pertumbuhan terbesar dalam perekonomian ASEAN, namun jatuhnya harga produk pertanian dan minyak menjadi penghalang bagi pendapatan ekspor.

Kejadian gagal panen di seluruh dunia juga telah menyebabkan naiknya harga impor gandum. Hal ini dapat mengakibatkan meluasnya permintaan karenapangan masih menjadi bagian terpenting dari pengeluaran rumah tangga di negara-negara ASEAN.

Seiring dengan menurunnya harga bahan tambang, banyak proyek pentingdari perusahaan pertambangan global di Indonesia yang terhenti. Dengan kenyataan bahwa sektor tambang menjadi bagian terpenting dari perekonomian ASEAN, maka penurunan yang tajam di segi investasi dalam hal ini dapat berdampak kepadaperekonomian nasional dan regional.

Bukan hal baru bahwa perekonomian dunia melemah tahun ini; sebagian besar perekonomian negara-negara BRIC (kecuali Rusia) dan barat tidak berhasil mencapai targetnya.

Hal ini menjadi penghambat bagi pasar baru namun negara-negara industri dapat terusberjuang untuk bisa mempertahankan stabilitas ekonomi, dan bukan untuk kembali tumbuh pesat dengan segera. (Eko Sutriyanto)

BACA JUGA:


Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved