Hajar Murid, Ortu Siswa SMPN 3 Mojokerto Lapor Polisi
"Sementara ini kami memberi sanksi persuasif berupa peringatan keras. Kami tidak ingin kejadian ini terulang kembali,'' katanya.
Laporan dari Imam Hidayat wartawan Surya
TRIBUNNEWS.COM,MOJOKERTO - Awan kelam menyelimuti dunia pendidikan di Kota Mojokerto. Setelah penyebaran LKS "Miyabi", pungutan liar di hampir seluruh sekolah SMPN-SMAN dengan dalih biaya bimbingan belajar hingga aksi nglencer berjamaah 45 guru SMPN 3 ke Bali dan tour siswa kelas III SMPN 1 ke lokasi yang sama, peristiwa pemukulan siswa oleh oknum pendidik menyeruak.
Seorang guru Bahasa Inggris kelas I SMPN 3 Kota Mojokerto berisial Ws diadukan Yanto dan Suprihatin, warga Surodinawan Gg Tengah, Kecamatan Prajurit Kulon ke Polsek Pralon. Pasutri yang berprofesi sebagai sopir angkot dan ibu rumah tangga ini adalah wali murid Roby Ibrahim siswa kelas VIII B SMPN 3.
Ws diadukan orang tua Roby ke polisi karena diduga menganiaya putranya hingga mengalami beberapa memar di tubuhnya. Menurut Suprihatin tindakan tak sepatutnya guru terhadap murid terulang menimpa Roby.
Peristiwa yang sama terjadi sekitar setengah tahun silam namun tidak terungkap.
Meski kasus ini berujung pada mediasi namun korban mengalami trauma kejiwaan cukup berat. Ia enggan belajar dan kini memilih bekerja di rumah kakaknya di Kelurahan Juritan, Kecamatan Prajurit Kulon sebagai penggunting sepatu.
Pengakuan Roby menceritakan bagaimana ia di pukul Ws dihadapan teman-temannya. Pagi itu sebagaimana murid-murid yang lain ia tengah lari-lari di teras sekolah bersama rekannya.
Ws yang saat itu tengah mengajar mungkin terganggu dengan hiruk pikuk anak-anak. Serta merta ia memanggil Roby datang kepadanya, namun Roby tidak menyahut karena ia ketakutan.
Entah karena tersinggung Ws lantas memanggil Roby dengan nada tinggi dan ketika datang terjadilah peristiwa itu. Ia disepak dan beberapa kali dipukul Ws hingga mengalami memar di beberapa bagian tubuhnya. Tak pelak kasus ini membuat gempar sekolah ini.
Ketika dikonfirmasi Ws dan Kasek SMPN 3 M Sholeh sudah pulang. Padahal waktu masih menunjuk jam 11.30 WIB. Menurut seorang penjaga tadi pulang awal karena usai UAS.
Ketika di hubungi via HP, M Sholeh enggan menjawab. Ia bahkan cepat-cepat menutup telponnya dengan alasan ada urusan di Surabaya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P & K) Kota Mojokerto Budwi Sunu membenarkan adanya peristiwa pemukulan ini.
"Oh itu ya," katanya.
Budwi mengaku telah memberi sanksi peringatan keras kepada Ws agar tidak mengulangi tindakannya tersebut.
"Sementara ini kami memberi sanksi persuasif berupa peringatan keras. Kami tidak ingin kejadian ini terulang kembali,'' katanya.