QEIII Berdampak Positif Terhadap Perekonomian Indonesia
QEIII yang akan dikeluarkan bank sentral Amerika (The Fed) akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Arif Wicaksono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Quantitative Easing Tahap Ketiga (QEIII) yang akan dikeluarkan bank sentral Amerika (The Fed) kemungkinan besar akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.
Head of Indonesia Research for Invesment and Analysis Citi Bank Indonesia, Ferry Wong, dalam acara " 8th Annual Capital Market Update 2012, "di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Senin (24/09/2012) mengatakan, Pengaruh yang paling besar adalah dengan meningkatnya harga komoditas seperti harga batu bara dan minyak dunia.
"Jika dibandingkan dengan QEI dan QEII yang pernah dikeluarkan beberapa waktu lalu, QEIII ini kemungkinan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia," ujar Ferry.
Menurut Ferry, pengaruh QEIII bisa saja meningkatkan kembali kinerja ekspor Indonesia walaupun neraca perdagangan tetap defisit. Dia menjelaskan neraca perdagangan saat ini merupakan permasalahan utama yang dihadapi perekonomian Indonesia.
Menurut dia, hingga akhir tahun neraca perdagangan masih berpotensi defisit tetapi agak sedikit berkurang karena harga komoditas sudah naik karena pengaruh QEIII.
" Neraca perdagangan kita masih aman, karena belum di atas 3 persen, kalau sudah melebihi 3 persen itu baru gawat. Tetapi kalau saya boleh kilas balik, kita pernah defisit parah tahun 1998, tetapi setelah itu positif, dan defisit lagi tahun 2008, kalau masalah defisit itu tidak stabil," tambahnya.
Ferry menuturkan, di balik masalah defisit yang terjadi di Indonesia, ada sesuatu hal yang menarik yaitu impor capital good atau raw material semaking meningkat, sehingga menyebabkan sektor manufaktur Indonesia berkembang pesat.
Ferry yakin, pengaruh sektor manufaktur yang meningkat membuat penyerapan tenaga kerja juga semakin meningkat.
Ferry menjelaskan, pada tahun 2008, penyerapan tenaga kerja pada sektor agriculture ada pada kisaran 45 persen, dan paling banyak menyerap angkatan kerja tetapi saat ini, dia menilai, keadaan itu berubah, dimana mulai tahun 2011-2012, penyerapan tenaga kerja sektor agrikultur turun pada level 41 persen. Sedangkan sektor manufaktur terus menaik.
" Sektor manufaktur naik pada kisaran 50 persen, karena disamping FDI meningkat di sektor manufaktur, tenaga kerja juga meningkat, karena pabrik pabrik butuh tenaga kerja baru," ungkapnya. (*)
BACA JUGA: