AISKI Tawarkan Coco Peat Atasi Ancaman Kekeringan
Ketua Bidang Research and Development Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Ady Indra Pawennari menawarkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Bidang Research and Development Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Ady Indra Pawennari menawarkan serbuk sabut kelapa (coco peat) sebagai solusi untuk mengatasi ancaman kekeringan pada lahan pertanian yang dikhawatirkan dapat berimbas pada ketahanan pangan nasional.
“Dalam beberapa hari terakhir, saya amati media cukup gencar memberitakan kepanikan petani, maupun pemerintah atas ancaman kekeringan yang dapat menyebabkan gagal panen dan berimbas pada ketahanan pangan nasional. Kalau pemerintah serius, AISKI siap bekerjasama untuk mengenalkan teknik penggunaan coco peat untuk mengatasi kekeringan,” ungkap Ady dalam siaran persnya, Kamis (6/9/2012).
Menurut Ady, ancaman kekurangan air terhadap tanaman pangan dapat diatasi dengan kinerja coco peat yang mampu menyimpan air lebih 300 persen dari kemampuan lahan menyimpan air.
Di samping itu, coco peat juga mampu menyerap air secara cepat dan menghambat kehilangan air karena penguapan.
“Coco peat akan sangat membantu mengatasi kekeringan ini. Yang kita khawatirkan itu kan pada saat umur tanaman mendekati panen, kemarau datang. Nah, coco peat akan sangat membantu di sini. Kemampuannya menyimpan air dapat menyelamatkan tanaman dari kematian karena kekurangan air,” katanya.
Ady yang juga ketua AISKI Provinsi Riau, menjelaskan, hasil uji fungsional baik pengujian di rumah kaca, simulasi lahan kritis, maupun uji lapangan, coco peat terbukti memiliki kinerja yang handal sebagai metoda alternatif untuk mengatasi kekurangan air pada tanaman.
“Pemanfaatan coco peat untuk menyiasati kekeringan ini, sudah banyak digunakan pada negara-negara maju, seperti Korea Selatan dan Spanyol. Di Indonesia, riset tentang pemanfaatan coco peat untuk antisipasi kekeringan ini sudah ada di BPPT. Tinggal menunggu keseriusan pemerintah saja,” katanya.
Kegagalan tumbuh tanaman akibat miskin hara, tambah Ady, juga dapat diatasi dengan coco peat yang di dalamnya terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na) dan Fospor (P) mampu menyerap unsur N dari udara dan menyediakan hara melalui aktivitas bakteri pengurai P.
Selain itu, coco peat juga memiliki pori-pori yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah dan menjaga tanah tetap gembur dan subur.
Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan produsen buah kelapa terbesar di dunia dengan produksi mencapai 15 miliar butir per tahun.
Namun, sabut kelapanya belum banyak dimanfaatkan sebagai komoditas bernilai ekonomi. Setiap butir sabut kelapa menghasilkan coco peat sekitar 65 persen atau rata-rata 0,39 kilogram dan coco fiber sekitar 25 persen atau rata-rata 0,15 kilogram.
BACA JUGA: