Jumat, 3 Oktober 2025

KH Ma’ruf Amin Ajak Warga NU Kembali ke PKB

Ketua Dewan Syuro PKB pertama, KH Ma’ruf Amin, mengajak warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin kembali ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto KH Ma’ruf Amin Ajak Warga NU Kembali ke PKB
net
KH Maruf Amin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Syuro PKB pertama, KH Ma’ruf Amin, mengajak warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin kembali ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Menurut Kiai kharismatik yang sempat keluar ini, PKB merupakan satu-satunya partai politik yang secara institusional dilahirkan oleh NU. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logis-idiologis maka segenap warga Nahdliyyin, kaum Ahlussunnah wal Jamaah dan para simpatisan ormas terbesar di Indonesia ini, sudah semestinya kembali dan membesarkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai satu-satunya saluran aspirasi politik mereka.

"Kini tibalah saatnya bagi kita, kaum Nahdliyyin, kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, ummat Islam dan rakyat Indonesia untuk kembali ke PKB demi mengutamakan al mashlahah al’ammah (kemaslahatan publik) yang jauh lebih besar, yakni bangsa dan negara sesuai kaidah ushuliyyah (kaidah ushul Fiqh), yakni: al maslahah al 'ammah muqaddamatun 'ala al maslahah al khashah (kemaslahatan umum lebih di dahulukan daripada kemaslahatan individu)," ujar Kiai keturunan Syekh Nawawi Al-Bantani ini dalam keterangan persnya, Senin (6/8/2012).

Demikian pandangan KH Ma’ruf Amin saat acara tasyakuran penganugerahan gelar kehormatan Doctor Honoris Causa atau doktor kehormatan di bidang Hukum Ekonomi Syariah oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diselenggarakan oleh DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini mengatakan, NU dan PKB memiliki hubungan yang tidak hanya bersifat idiologis, namun sekaligus biologis.

Menurutnya, hubungan NU dan PKB telah terpatri kuat secara lahir-batin, layaknya sebagai orang tua dan anak yang saling membutuhkan, saling menyayangi dan saling menghargai.

Warga Nahdliyin membutuhkan PKB sebagai wadah penyaluran aspirasi politik dan PKB membutuhkan dukungan dan partisipasi warga Nahdliyyin untuk bersama-sama memperjuangkan dan mewujudkan aspirasi politik mereka demi tercapainya almashlahah al’ammah (kemaslahatan public) dalam konteks bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

Menurutnya, imbauan untuk arruju’ warruju’ ilarruju’ atau kembali dan kembali ke PKB, dilandasi oleh beberapa alasan.

Pertama, PKB merupakan satu-satunya partai yang dilahirkan dari rahim NU. Fakta sejarah ini tidak dapat dipungkiri sampai kapan pun, bahwa PKB merupakan satu-satunya “anak kandung” NU yang memiliki idiologi yang sama dalam kontek keagamaan, kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.

Garis besar perjuangan partai ini tertuang secara jelas dalam visi, misi dan tujuan sebagaimana dapat dilihat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.

Kedua, PKB merupakan partai yang diprakarsai dan dibentuk oleh ulama dan kiai NU yang mewariskan nilai-nilai keulamaan dan keutamaan bagi kepentingan ummat dan bangsa. Partai ini merupakan perwujudan dari semangat, perjuangan dan pengabdian dari para ulama dan kiai NU secara kongkrit dalam bidang politik untuk umat dan bangsa Indonesia.
“Ini menjadi ma’suliyyah (tanggungjawab) ulama yang sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”, tegas mantan Ketua Dewan Musytasyar PKNU itu.

Ketiga, PKB merupakan partai yang didirikan dan dideklarasikan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bersama-sama para ulama dan para Kiai lainnya, yakni KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchyat, KH A Musthofa Bisri dan KH A Muhith Muzadi.

Gus Dur bersama-sama para Kiai menghendaki PKB sejak awal kelahirannya menjadi partai yang mengedepankan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, keadilan, dan kesejahteraan bagi kemaslahatan seluruh bangsa Indonesia.

"Seyogyanya kita bersama-sama para ulama, kiai dan deklarator partai bertekat bulat untuk kembali membesarkan partai ini (PKB) sehingga menjadi partai yang benar-benar mampu mewujudkan kemaslahatan umum sesuai dengan cita-cita para pendiri partai dan sesuai dengan visi, misi dan tujuan utamanya," tandas Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Antar Agama ini.

Terkait dengan makna relevansi perjuangan ulama dalam pembangunan ummat, Ketua Syuriah PBNU ini mengharapkan adanya revitalisasi tanggungjawab ulama secara luas, baik terkait dengan mas’uliyyah diniyyah (tanggungjawab keagamaan), mas’uliyyah ummatiyyah (tanggungjawab keumatan), taqwiyat ummat (pemberdayaan umat), tauhidul ummah, mas’uliyyah al-ishlah (tanggungjawab perbaikan), dan mas’uliyyah wathoniyyah (tanggungjawab kenegaraan).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved