Rabu, 1 Oktober 2025

Beauty

Pasien Kecanduan Bedah Plastik, Dokter Harusnya Menolak

Ketika pasien keranjingan bedah plastik berulang-ulang, dokter harus tegas menolak.

Penulis: Agustina Rasyida
zoom-inlihat foto Pasien Kecanduan Bedah Plastik, Dokter Harusnya Menolak
Istimewa
Bedah plastik

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Agustina NR

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada yang mengatakan bahwa bedah palstik atau operasi plastik adalah candu. Sekali dilakukan, pasien akan selalu mengubah bentuk badan atau wajahnya.

Namun hal tersebut kembali lagi pada individu masing-masing. Pasalnya kebutuhan orang berbeda-beda.

"Bedah plastik itu kebutuhan tersier. Sama seperti keinginan akan barang mewah. Misalnya sekarang naik motor Honda, tapi mau pakai HD juga kan? Ini psikologis ya. Ini adalah peran dokter yang harus bilang "nggak, ini sudah cukup, ini yang terbaik yang pernah saya kerjain"," kata dr. Teuku Adifitrian atau biasa disapa dr. Tompi.

Menurutnya, pasien terkadang berulah nakal. Jika pasien telah dioperasi plastik di bagian hidung, hasilnya sudah bagus, tetapi tetap ingin dioperasi dengan alasan kurang mancung. Jika Tompi menolak, pasien "lari" ke dokter lain, dan parahnya bukan ke dokter spesialis bedah.

Jika hasilnya jelek, ia baru kembali ke dokter spesialis bedah.

"Itulah yang namanya needs, kebutuhan barang tersier. Dokter harus dapat memperkirakan apakah operasi bisa dilakukan lagi, kalau dioperasi belum tentu hasilnya bagus.

Jadi jangan sekali-kali berani mengoperasi kalau tidak yakin dengan hasilnya," lanjut dokter alumni dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat temu media dengan Rumah Sakit Pondok Indah.

Jika pasien pertama kali mengecilkan pipi, lalu ia merasa tidak sakit, selanjutnya ingin mengecilkan lengan, dianggap Tompi masih normal. Kondisi yang tidak normal ketika ia sudah mengoperasi hidung hingga mancung, namun tahun depan ganti model.

"Dia pikir kayak beli tas, bisa gonta-ganti model. Padahal operasi yang berulang-ulang di jaringan yang sama hasilnya akan semakin jelek, bukan bagus. Pasien kadang suka nggak sabar. Operasi hidung yang runcing, ujung kecil, nggak mau bangir. Saya bisa mengerjakan, entah pakai implant atau tulang rawan, cuma resikonya jebol kalau terus-terusan dioperasi, dalam kurun 10 tahun."

Tetapi jika kondisi sudah bagus, misalnya pasien yang datang sudah mempunyai hidung mancung tetapi ingin dioperasi, Tompi menolaknya. Namun jika untuk menghilangkan tahi lalat atau tato, ia bersedia menghilangkannya.

"Banyak pasien yang menghilangkan tato. Kalau kecil, kita potong, lalu jahit. Kalau besar se-punggung, kita harus pindahin kulit itu ke kulit lain supaya bagus. Itu gunanya ilmu bedah plastik sebagai ilmu rekonstruksi yang warna kulit sama, garis bekas halus," tegas dokter yang memiliki klinik pribadi bedah plastik ini.

Baca artikel menarik lainnya

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved