Sutra Garut Akan Jadi Pakaian Nasional
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Mari Elka Pangestu, meresmikan Kampung Tenun Garut dan Pencanangan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Zezen Zaenal
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Mari Elka Pangestu, meresmikan Kampung Tenun Garut dan Pencanangan Zona Kreatif di Kampung Panawuan, Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Rabu (27/6/2012).
Dalam pencanangan tersebut, Mari meminta agar para penenun sutera alam Garut dapat menghasilkan sendiri bahan baku produksinya yaitu sutera alam di Kabupaten Garut. Caranya dengan memperbanyak perkebunan murbai sebagai tempat produksi serat ulat sutra.
Menurut Mari selama ini para penenun sutra alam Garut masih mengandalkan pasokan bahan baku yang didatangkan dari Cina karena keterbatasan bahan baku. "Ini yang menjadi salah satu kendala dalam upaya pengembangan sutra alam di kita. Sulitnya pasokan bahan dasar juga mengakibatkan biaya proses produksi sangat tinggi," ujar Mari seusai acara peresmian di Kampung Panawuan, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Rabu (27/6/2012).
Saat ini pemerintah masih mempelajari agar bahan dasar benang sutera alam Garut dapat kembali diproduksi.Komitmen ini, akan diwujudkan melalui dukungan pemerintah dalam mewujudkan Garut sebagai sentra kreatif kain tenun ikat sutera alam.
"Saya optimistis produksi kain tenun ikat ini dapat memberikan efek positif yang sangat banyak bagi kehidupan perekonomian masyarakat khususnya masyarakat Garut," kata Mari.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, kata Mari, awalnya masyarakat yang mengikuti program pelatihan dan pengembangan usaha kain tenun ikat dari tahun 2011 hanya 25 orang. Namun, di pertengahan tahun ini, jumlahnya bertambah hingga mencapai 65 orang.
Menurut Mari, bisnis dalam bidang kain tenun sutra memang cukup menggiurkan karena saat ini harga kain tenun ikat berbahan dasar benang sutra per meternya bisa mencapai Rp 130 ribu. "Padahal kain tersebut belum diwarnai dan diberi corak. Sedangkan bila sudah diberi warna dan corak, harganya bisa menjadi Rp 400 ribu per meternya," imbuh Mari.
Bahkan, dalam pengembangannya ke depan, ia merencanakan melibatkan sejumlah desainer nasional untuk memperkenalkan kain tenun ikat dari sutra alam Garut tersebut. "Jadi nanti, kain tenun ikat ini bisa kita jadikan pakaian nasional selain batik yang sama-sama akan digunakan setiap hari Jumat," katanya.
Selain itu, pemerintah pun akan membantu mempromosikan dan memasarkan sutera alam tersebut, karena banyak wisatawan mancanegara yang menyukai kain sutra Garut," ucap Elka.
Ketua Cita Tenun Indonesia (CTI) Okke Hatta Radjasa, mengatakan untuk bisa lebih mengembangkan produksi kain tenun ikat sutra Garut, pihaknya sangat mengharapkan keterlibatan pemerintah.
"Saya yakin ke depan akan banyak lagi masyarakat yang dapat mengembangkan perekonomian keluarganya dari usaha ini," kata Okke yang turut mendampingi Mari.
Ia mencontohkan, dalam satu tahun, para perajin sutra alam Garut dapat memproduksi kain tenun ikat sutra sebanyak 3.600 meter atau senilai Rp 5,904 miliar. Untuk itu, kata dia, pihak CTI akan memberikan berbagai pelatihan, pembinaan, penguatan, dan pemasaran kain tenun ikat sutera alam kepada masyarakat agar usaha ini bisa lebih berkembang.
Baca juga: