Jumat, 3 Oktober 2025

Cak Ali: Nilai Luhur Pancasila Belum Tertanam Baik

Bangsa Indonesia harus bersyukur mempunyai Pancasila sebagai common denominator, konsensus nasional atau kalimatun

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Cak Ali: Nilai Luhur Pancasila Belum Tertanam Baik
Tribun Manado/Rizky Adriansyah
Pangarmatim, Laksda TNI Ade Supandi (kanan) berbincang dengan Danlantamal VIII, Laksma Sugianto (tengah kanan); anggota BPK RI, Ali Masykur Musa (tengah kiri) dan Wagub, Djauhari Kansil di ruang VIP Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Minggu (2/10). Pangarmatim berencana meresmikan Lanal Melonguane di Talaud untuk menambah kekuatan Angkatan Laut di wilayah perairan Sulawesi Utara.

Cak Ali: Nilai Luhur Pancasila Belum Tertanam Baik

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Bangsa Indonesia harus bersyukur mempunyai Pancasila sebagai common denominator, konsensus nasional atau kalimatun sawa’ yang menjadi basis bagi persatuan nasional.

Pancasila merupakan “rumah” bersama yang menaungi seluruh anak bangsa. Sayangnya, Pancasila berhenti sebagai ideologi prinsip yang direproduksi secara verbal, tetapi tidak ditopang oleh ideologi kerja sebagai basis pembangunan nasional.

Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa mengungkap, nilai-nilai luhur Pancasila tidak tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan menjadi kekuatan pendorong, mewujudkan cita-cita nasional.

"Yang terbentang di hadapan kita sekarang adalah fakta yang memunggungi nilai-nilai dasar Pancasila," ujarnya,Jumat (22/6/2012).

Sila pertama Pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa. Tetapi, kata Ali Masykur Musa , yang terjadi adalah Keuangan Yang Maha Kuasa.

Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,” tetapi yang berlangsung adalah penistaan terhadap keadilan dan kemanusiaan, mewabahnya sikap semena-mena, dan hilangnya tenggang rasa.

"Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia,” tetapi yang dikembangkan adalah sistem yang meruntuhkan nasionalisme dan patriotisme serta menonjolnya pengagungan kepentingan pribadi dan golongan," tambah Cak Ali.

Sementara, sila keempat berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Yang berlaku adalah tirani mayoritas, terkikisnya semangat kekeluargaan dan gotong royong.

Sila kelima,“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Yang terjadi adalah ketidakadilan yang merata, jurang ketimpangan kesejahteraan yang kian menganga.

"Indonesia dibentuk dengan empat tujuan nasional sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945."

"Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," tegasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved