SBY Harus Tampil Jadi Pemersatu Demokrat
Syahganda Nainggolan menilai sosok Susilo Bambang Yudhoyono pemersatu segala krisis yang dialami Partai Demokrat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC), Syahganda Nainggolan menilai sosok Susilo Bambang Yudhoyono pemersatu segala krisis yang dialami Partai Demokrat. Posisinya sebagai Ketua Dewan Pembina Demokrat sangat berpengaruh.
Krisis yang menyandera keutuhan Demokrat beragam. Sejumlah elitnya, menurut Syahganda, mengalami pengelompokan, perseteruan dan saling hadang. Diakui atau tidak hal tersebut melahirkan persaingan tidak sehat di antara kader inti serta pengurus pusat.
“Fenomena karut-marut sekaligus konflik di dalam Demokrat juga diperkeruh akibat ketidakdewasaan para pendirinya,” tegas Syahganda di Jakarta, Rabu (20/6/2012).
Menurut Syahganda, situasi cukup berat yang kini melanda Partai Demokrat berdampak buruk bagi publik khususnya simpatisan dan para kader Demokrat yang mendambakan terpeliharanya kebesaran partai tersebut. Jika dibiarkan, risiko politik yang ditanggung mahal.
"Ini dapat mengancam soliditas organisasi Demokrat dalam pemilu 2014, mengingat pola konfliknya kasar, tak bermutu, konfrontatif, dan cenderung dibiarkan tanpa solusi yang bertanggungjawab,” ulas kandidat doktor Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia ini.
Sebagai partai, Demokrat moderen. Tapi partai yang penuh bergantung pada keberadaan patron SBY, menjadikan dinamika konflik internal tak mudah diselesaikan para pengurusnya. Bahkan, Anas Urbaningrum selaku Ketua Umum Demokrat tak berdaya menyelesaikan kemelut.
“Jadi, pilihan penyelesaiannya ada di SBY untuk tetap mempersatukan Demokrat,” tandas anggota dewan pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Pusat itu.
Syahganda mengakui SBY tergolong tak cekatan mengatasi problem besar Demokrat. Kenyataan itu berisiko melahirkan antipati politik dari masyarakat luas secara serius. Lebih disesalkan lagi, pamor SBY sendiri justru diragukan karena ikut melibatkan diri dalam mekanisme konflik.
“Seharusnya, SBY mengambil fungsi sebagai negarawan, dengan menjadi teladan politik bagi masyarakat dan kader-kader Demokrat. Sisi inilah yang tidak dijawab serta dilakukan oleh SBY dalam kapasitas satu-satunya patron di Partai Demokrat,” ujarnya.
Ia mengusulkan SBY bisa meniru cara mantan Presiden Soeharto menata konflik yang berkali-kali mendera internal Golkar. Dalam setiap ketidakseimbangan di tubuh Golkar, Soeharto mampu mengeliminasi persoalan hingga beban dan area konflik tidak meluas ke permukaan.
“Pada saat bersamaan, Soeharto pula yang mempersatukan dimensi-dimensi konflik dari pengurus ataupun terkait ketidakharmonisan elemen inti para kader Golkar, untuk kemudian secara politik berhasil mengeluarkan Golkar dari kesulitan,” ungkap Syahganda. (*)
baca juga: