Jumat, 3 Oktober 2025

Nasib Anas di Demokrat

Pengamat: Politik Santun Cuma Kedok Sembunyikan Dosa

Gaya berpolitik santun ini dipraktikkan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Pengamat: Politik Santun Cuma Kedok Sembunyikan Dosa
net
Pengamat politik Doni Gahral

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA-- Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia, Doni Gahral Adian, menyatakan, semakin tebal kedok seseorang dalam berpolitik, maka semakin besar dosa yang disembunyikan.

Doni mengatakan, gaya berpolitik santun ini dipraktikkan oleh para politisi di Indonesia, termasuk Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

"Istilah santun seperti kedok. Makin tebal kedoknya (santun), semakin banyak pula dosa politik yang ditutupi," kata Doni dalam diskusi "Politik Santun, Antara Retorika dan Kenyataan" di Rumah Perubahan 2.0, Jakarta Pusat, Selasa (19/6/2012).

Menurutnya, gaya berpolitik seperti itu juga dilakukan oleh presiden kedua RI, Soeharto. Lain halnya dengan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. "Gus Dur itu melabrak aturan yang sudah ada. Namun, kebijakannya memberi manfaat bagi orang banyak," ujarnya.

Berpolitik yang santun saat ini, imbuhnya, dijadikan alat untuk perebutan kekuasaan dan menyembunyikan kebijakan yang mencederai masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan budaya masyarakat Indonesia yang selalu melihat sesuatu yang tampak. Padahal, di belakang itu tersembunyi kebohongan.

"Saat Pemilu 20014 nanti, mana yang kita pilih? Pemimpin yang tampil apa adanya tapi konstitusional atau pemimpin yang santun tetapi banyak yang disembunyikan," kata Doni.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved