Jumat, 3 Oktober 2025

Pangkalan Militer Amerika di Darwin Jadi Ancaman Indonesia

Sejak tahun 1970-an, Darwin Australia merupakan basis intelejen Amerika Serikat untuk wilayah Asia Pasifik.

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Anwar Sadat Guna

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat Hidayat

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak tahun 1970-an, Darwin Australia merupakan basis intelejen Amerika Serikat untuk wilayah Asia Pasifik.

Hal ini, disebabkan karena RRC secara ekonomi dan militer menguat, dan pasukan Amerika makin tidak populer di Jepang dan Korea Selatan.

Amerika Serikat kemudian mengambil sikap standar ganda, mengamankan jalur laut China Selatan dan udara Asia Pasifik karena didukung basis militer di Hawai dengan pasukan lebih dari 42.000.

"Di sisi lain, memantau kekuatan RRC di Laut China Selatan sekaligus menjadikan Laut China Selatan sebagai kawasan yang perlu mendapat pengamanan karena negara-negara yang berada di sekitarnya saling memperebutkan batas wilayah ZEE," ujar pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy, Senin (21/11/2011).

Sikap Amerika, Noorsy menduga, seperti menunjukkan bahwa mereka konsisten atas dokumen National Security Strategic of US yang ditandatangani GW Bush (mantan Presiden Amerika Serikat) pada 17 September 2002 dan dokumen yang diterbitkan National Council Intelegent yang diterbitkan pada Nov 2008.

"Yang menjadi masalah, kenapa orang hanya mempermasalahkan penempatan pasukan AS di Darwin dan tidak mempermasalahkan pelabuhan Paya Lebarnya Singapura yang dijadikan pusat logistik Armada VII AS untuk kawasan Asia Tenggara?"

"Harus diakui bahwa Amerika hingga hari ini adalah negara dengan kekuatan tempur yang tinggi dan belanja pertahanannya hingga 45,7% dari total APBN mereka," Noorsy menjelaskan.

Amerika Serikat, imbuhnya lagi, menyebarkan lebih dari 100.000 pasukannya di luar Amerika. Dalam hitungan di atas kertas, pendekatan dan kekuatan militer AS yang didukung oleh NATO tidak ada lawannya. Inilah yang disebut Amerika sebagai "still No.1".

Tapi dalam kontruksi Asia Timur dan Asia Tenggara, peperangan militer dalam pengertian kontak senjata hampir bisa dipastikan sulit terjadi.

Namun dalam konteks pemantauan dan kegiatan intelejen untuk perang ekonomi, pasukan AS itu sangat memberi makna bagi kedudukan AS sebagai kekuatan tunggal.

"Soalnya adalah, posisi Darwin yang jaraknya hanya 280 km dari Indonesia membuat Indonesia yang sudah lemah dalam pertahanan dan kedaulatan ekonomi, akan makin tidak berdaya dalam perspektif militer," ujarnya.

"Itu karenanya, isu Papua Merdeka menjadi lebih strategis lagi saat Menlu AS Hillary berpendapat bahwa Papua mbutuhkan reformasi legal. Apa yang dimaksud dengan hal itu, tidak jelas," demikian Ichsanuddin Noorsy.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved