Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Dari Stabilitas Dalam Negeri ke Diplomasi Global: Membaca Kehadiran Prabowo ke China

Prabowo hadiri undangan Xi di Beijing, sinyal stabilitas Indonesia pasca kerusuhan dan pengakuan global yang menguat.

Editor: Glery Lazuardi
Foto tangkapan layar
PRABOWO DI CHINA - Presiden Prabowo Subianto menghadiri parade militer China yang digelar di Tiananmen Square, Beijing, Rabu (3/9/2025). /Youtube CCTV 

Dalam bahasa teori legitimasi yang dipopulerkan oleh Suchman, 1995, kepercayaan publik semacam ini adalah aset politik yang menentukan keberlanjutan kebijakan.

Dimensi ekonomi juga menunjukkan hal serupa. Di banyak negara, kerusuhan identik dengan market punishment sehingga indeks saham ambruk drastis, tetapi di Indonesia dampaknya terbukti relatif terbatas. IHSG memang sempat turun persen, namun pulih kembali keesokan harinya. Survei Nomura bahkan menegaskan keyakinan pelaku pasar bahwa “the worst is over”. 

BlackRock, manajer aset terbesar dunia, tetap menambah kepemilikan obligasi Indonesia, menandakan fundamental ekonomi kita masih dipercaya. Hal ini ditegaskan oleh Navin Saigal dari BlackRock yang menyatakan, “berita utama baru-baru ini, secara inheren, tidak membuat kami mengubah posisi apa pun di Indonesia.”

Kepercayaan ini bukan hanya cerminan pasar, tetapi juga lahir dari konsistensi pemerintah menjaga arah kebijakan dan juga refleksi dari trust building antara negara dan masyarakat (Moynihan & Soss, 2014). Ketika rakyat melihat negara responsif, kepastian terasa, dan gejolak tidak berkembang menjadi krisis berkepanjangan.

Boin dan ’t Hart (2007) melalui konsep crisis exploitation menjelaskan bahwa krisis kerap menjadi panggung bagi pemimpin untuk menegaskan kapasitas, membangun narasi, dan memperkuat posisi. Dalam kerangka itu, kunjungan Prabowo ke Beijing bukanlah pengabaian terhadap rakyat, melainkan sebuah strategic signaling bahwa Indonesia adalah negara yang stabil dan dihormati.

Dalam konteks kebijakan publik tingkat global, kehadiran pemimpin tertinggi suatu negara mencerminkan stabilitas negara dan tumbuhnya kesadaran solidaritas nasional sebagai bangsa yang kuat. Prabowo telah berhasil menunjukkan pada relasi tinggi antar negara yang kebijakan publiknya memperoleh dukungan domestik yang kuat. 

Pada tataran ini Prabowo hendak mempertontonkan kepada elit global bahwa Indonesia tidaklah rapuh sebagaimana yang disinyalir para pihak tetapi tetap menjadi negara yang terdepan dalam pembangunan ekonomi nasional yang lebih terbuka.

Simbol-simbol diplomatik di sana berbicara banyak. Posisi duduk sejajar dengan Xi Jinping dan Vladimir Putin di panggung utama parade militer bukan semata urusan tata tempat, tetapi penegasan pengakuan global atas posisi Indonesia sebagai mitra strategis.

Lebih jauh, hanya Presiden Indonesia yang mendapat pertemuan bilateral khusus dengan Presiden Xi—sebuah privilege diplomatik yang jarang diberikan. 

Dari perspektif two-level game theory (Putnam, 1988), keputusan ini mengirimkan dua pesan sekaligus: dalam konteks dalam negeri, Indonesia merupakan negara yang mampu menjaga stabilitas.

Pesan kedua, ke luar negeri, Indonesia adalah aktor penting yang tidak bisa diabaikan.

Di titik inilah legitimasi domestik dan legitimasi internasional bertemu. Di dalam negeri, publik menyaksikan aspirasi rakyat diakomodasi, dialog dibuka, dan stabilitas sosial dipulihkan.

Di luar negeri, Indonesia tampil sebagai negara yang setara, dihormati, dan dipercaya. Dua panggung ini saling melengkapi.

Namun ada refleksi yang perlu kita akui: sering kali kita merasa inferior, seakan-akan pengakuan internasional tidak sejalan dengan keraguan di dalam negeri.

Padahal, pengalaman kali ini membuktikan sebaliknya, legitimasi domestik memberi dasar bagi pengakuan global, sementara pengakuan global memperkuat rasa percaya diri nasional. 

Seperti ditegaskan Huntington (1968), stabilitas adalah fungsi adaptasi negara.

Dan sebagaimana Putnam (1988) menulis, diplomasi adalah permainan dua level. Indonesia hari ini menunjukkan bahwa keduanya bisa berjalan beriringan, dengan satu fondasi utama: kepercayaan, baik dari rakyat maupun dari dunia.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved