Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Bang Hotma, Selamat Jalan

Bang Hotma pun berpamitan. Ia gagal menunaikan misinya, tapi ia pulang dengan ringan dan tanpa hard feelings.

istimewa
Dr. Ari Yusuf Amir, SH, MH, Advokat senior dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia/IKA UII. 

Oleh: Dr. Ari Yusuf Amir, SH, MH, Advokat senior dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia/IKA UII

TRIBUNNERS - PERNAH Bang Hotma Sitompul tiba-tiba muncul di rumah saya pada pukul 7 pagi, tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Meskipun agak heran karena jam kunjungan yang tidak lazim itu, saya tidak terlalu kaget. Ia memang sering mampir ke rumah saya.

Saya menganggap kunjungan mendadak yang terlalu pagi itu bukan karena kesewenangan sikapnya terhadap saya, tapi justeru karena ia merasa dekat dengan seorang yang dipandangnya sebagai adiknya.

Ternyata ia hanya ingin mengingatkan saya agar mengurangi komentar-komentar tajam saya terhadap kepolisian, dalam konteks kasus hukum yang sedang saya tangani.

Saya menanggapinya dengan santai saja, bahkan sambil bercanda dan ketawa. Kami berseberangan pendapat, dan ia menghormati sikap saya.

Bang Hotma pun berpamitan. Ia gagal menunaikan misinya, tapi ia pulang dengan ringan dan tanpa hard feelings.

Di situ pula saya semakin respek kepadanya, seorang senior yang mau berlapang dada meski anjurannya disanggah telak oleh juniornya.

Sejak pertama kali kami berkenalan 16 tahun lalu, sikap semacam itulah yang membuat saya terkesan.

Waktu itu saya masuk dalam tim pengacara Antasari Azhar, ketua KPK yang didakwa membunuh seseorang. Saya yang termuda di antara begitu banyak advokat senior yang punya nama besar di bidang lawyering, termasuk Bang Hotma, yang selalu berpakaian rapi dan necis.

Sebagai yang termuda dan paling tak dikenal di ruangan itu, saya bisa merasakan bagaimana para senior itu bersikap “look down” kepada saya.

Sangat terasa bagaimana opini-opini saya hampir selalu dimentahkan, dengan gaya otoritatif berdasar senioritas — mungkin juga disertai pretensi selebritas — bukan dengan counter-argument selayaknya.

Bang Hotma adalah satu-satunya advokat senior yang menunjukkan apresiasi yang wajar terhadap sikap dan pendapat saya.

Hari itu, dan tahun-tahun selanjutnya, kami jadi dekat — sambil terus saling menghormati perbedaan-perbedaan di antara kami, baik yang insidental maupun perbedaan primordial (ia, misalnya, semakin bertendensi menjadi pendeta Protestan).

Tak jarang kami juga saling berkirim makanan favorit ke rumah masing-masing.

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved