Tribunners / Citizen Journalism
75 Tahun Indonesia dan Takhta Suci, Seiring Sejalan
13 Maret 2025, genap 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia - Takhta Suci, hubungan kedua negara ini dimulai dengan pengakuan kemerdekaan RI.
Bahkan para Paus, sejak Paus Pius XII (bertakhta 1939 - 1958) hingga Paus Fransiskus, sangat mengagumi Pancasila. Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus antara lain mengatakan, "Semboyan nasional Anda Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan dengan baik realitas yang beraneka ragam ini, yaitu masyarakat yang beragam yang bersatu dengan kokoh dalam satu negara. Keharmonisan dalam keberagaman mengharuskan setiap orang untuk merangkul semangat persaudaraan dalam mencari kebaikan semua orang. "
Sebaliknya, Indonesia memandang Takhta Suci sebagai negara berdaulat tanpa kekuatan militer, tetapi memiliki otoritas spiritual yang jangkauannya melampaui batas negara. Tidak seperti kekuatan tradisional yang menggunakan diplomasi melalui pengaruh ekonomi atau kekuatan militer, Takhta Suci bergantung pada interaksi yang rumit antara persuasi moral, doktrin teologis, dan perjanjian hukum untuk membentuk keterlibatan internasionalnya.
Baca juga: Vatikan Umumkan Kondisi Kesehatan Terbaru Paus Fransiskus Setelah Dirawat di Rumah Sakit
Bagi Takhta Suci diplomasi bukan instrumen negara, betapapun kecilnya, melainkan instrumen institusi keagamaan yaitu Gereja Katolik. Tujuan utamanya adalah dalam tatanan spiritual, moral dan kemanusiaan, termasuk penghormatan terhadap hak asasi manusia kolektif dan individu. Di antara hak-hak tersebut termasuk hak kebebasan beragama tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi pemeluk agama lain. Dalam hal ini, ada kesamaan.
"Maka hubungan dengan Takhta Suci menjadi sangat khas: tidak ada kerja sama ekonomi, militer, dan juga politik. Tetapi penekannya lebih pada kerja sama dalam bidang kebudayaan, sosial, pendidikan, agama, dan lingkungan hidup," jelas Trias Kuncahyono
Hal tersebut, antara lain yang melatari sekarang ada 1729 biarawan/biarawati Indonesia yang belajar, berkarya, dan memimpin biara di berbagai kota di Italia. Ada biarawati yang berkarya di pendidikan, rumah jompo, yatim piatu, dan mengurusi biara. Sementara para pastor sebagian besar study.
Seiring-sejalan
Menurut Dubes RI untuk Takhta Suci, Indonesia dan Vatikan memiliki banyak kesamaan pandangan, sikap, dan posisi terhadap isu-isu internasional, seperti perdamaian. Misalnya dalam isu Palestina, Yaman, Myanmar, Nigeria, Ukraina, dan berbagai wilayah konflik lainnya. Selain itu juga dalam isu HAM, hak-hak, perempuan dan anak-anak, lingkungan hidup, food security dan juga water security.
Sikap kedua negara dalam isu misalnya, konflik Israel - Palestina, sama dan jelas: mendukung two-state solution. Baik bagi Indonesia maupun Vatikan, two-state solution.
Maka, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Takhta Suci adalah untuk mendukung upaya bersama menegakkan kebebasan beragama, khususnya di Indonesia, yang harus diakui masih ada beberapa catatan.
Selain itu, juga untuk mendorong terciptanya kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk, kerukunan umat beragama ini melibatkan pemahaman agama yang menghargai keberagaman agama. Ini ke depan yang harus ditingkatkan di tengah tantangan dunia yang begitu kompleks. *
Roma, 13 Maret 2025
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.