Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

75 Tahun Indonesia dan Takhta Suci, Seiring Sejalan

13 Maret 2025, genap 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia - Takhta Suci, hubungan kedua negara ini dimulai dengan pengakuan kemerdekaan RI.

|
Tangkap layar/Fersianus Waku
DIPLOMATIK INDONESIA VATIKAN - Duta Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono dalam sebuah diskusi daring pada Selasa (23/7/2024). 13 Maret 2025, genap 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia - Takhta Suci, hubungan kedua negara ini dimulai dengan pengakuan kemerdekaan RI. 

Bahkan para Paus, sejak Paus Pius XII (bertakhta 1939 - 1958) hingga Paus Fransiskus, sangat mengagumi Pancasila. Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus antara lain mengatakan, "Semboyan nasional Anda Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan dengan baik realitas yang beraneka ragam ini, yaitu masyarakat yang beragam yang bersatu dengan kokoh dalam satu negara. Keharmonisan dalam keberagaman mengharuskan setiap orang untuk merangkul semangat persaudaraan dalam mencari kebaikan semua orang. "

Sebaliknya, Indonesia memandang Takhta Suci sebagai negara berdaulat tanpa kekuatan militer, tetapi memiliki otoritas spiritual yang jangkauannya melampaui batas negara. Tidak seperti kekuatan tradisional yang menggunakan diplomasi  melalui pengaruh ekonomi atau kekuatan militer, Takhta Suci bergantung pada interaksi yang rumit antara persuasi moral, doktrin teologis, dan perjanjian hukum untuk membentuk keterlibatan internasionalnya.

Baca juga: Vatikan Umumkan Kondisi Kesehatan Terbaru Paus Fransiskus Setelah Dirawat di Rumah Sakit

Bagi Takhta Suci diplomasi bukan instrumen negara, betapapun kecilnya,  melainkan instrumen institusi keagamaan yaitu Gereja Katolik. Tujuan utamanya adalah dalam tatanan spiritual, moral dan kemanusiaan, termasuk penghormatan terhadap hak asasi manusia kolektif dan individu. Di antara hak-hak tersebut  termasuk hak kebebasan beragama tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi pemeluk agama lain. Dalam hal ini, ada kesamaan.

"Maka hubungan dengan Takhta Suci menjadi sangat khas: tidak ada kerja sama ekonomi, militer, dan juga politik. Tetapi penekannya lebih pada kerja sama dalam bidang kebudayaan, sosial, pendidikan, agama, dan lingkungan hidup," jelas Trias Kuncahyono 

Hal tersebut, antara lain yang melatari sekarang ada 1729 biarawan/biarawati Indonesia yang belajar, berkarya, dan memimpin biara di berbagai kota di Italia. Ada biarawati yang berkarya di pendidikan, rumah jompo, yatim piatu, dan mengurusi biara. Sementara para pastor sebagian besar study.

 

Seiring-sejalan

Menurut Dubes RI untuk Takhta Suci, Indonesia dan Vatikan memiliki banyak kesamaan pandangan, sikap, dan posisi  terhadap isu-isu internasional, seperti perdamaian. Misalnya dalam isu Palestina, Yaman, Myanmar, Nigeria, Ukraina, dan berbagai wilayah konflik lainnya. Selain itu juga dalam isu HAM, hak-hak, perempuan  dan anak-anak, lingkungan hidup, food security dan juga water security.

Sikap kedua negara dalam isu misalnya, konflik Israel - Palestina, sama dan  jelas: mendukung two-state solution. Baik bagi Indonesia maupun Vatikan, two-state solution.

Maka, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Takhta Suci adalah untuk  mendukung upaya bersama menegakkan kebebasan beragama, khususnya di  Indonesia, yang harus diakui masih ada beberapa catatan.

Selain itu, juga untuk mendorong terciptanya kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk, kerukunan umat beragama ini melibatkan pemahaman agama yang menghargai keberagaman agama. Ini ke depan yang harus ditingkatkan di tengah tantangan dunia yang begitu kompleks. *

Roma, 13 Maret 2025

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved