Selasa, 7 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Bulan Madu Reformasi Telah Usai

Kini KKN kembali merajarela dari lapisan bawah hingga ke puncak birokrasi dan TNI dan Polri dimanfaatkan kepentingan kekuasaan

|
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-inlihat foto Bulan Madu Reformasi Telah Usai
NET
Aksi mahasiswa Indonesia menduduki Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta Pusat pada tahun 1998.
PROFIL TRIBUNNERS
Profil Penulis Teuku Parvinanda
Teuku Parvinanda
Mantan jurnalis dan Praktisi Komunikasi

Pada awalnya, Orba memberikan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Namun, kejatuhan Orde Baru disebabkan oleh maraknya KKN, kekuasaan absolut, serta pembungkaman kebebasan berpendapat. 

Baca juga: Menggagas Kudatuli Sebagai Hari Besar Reformasi

Reformasi 1998 adalah puncak dari kebencian terhadap pemerintahan otoriter yang menjajah suara rakyat.

Orla menonjolkan idealisme kebangsaan, namun gagal mempertahankan stabilitas ekonomi dan politik. 

Orba memberi stabilitas dan pembangunan, tapi mengorbankan kebebasan dan akuntabilitas pemerintahan. 

Reformasi adalah jawaban perbaikan kedua orde sebelumnya dengan membawa kebebasan dan demokrasi, tetapi di ujungnya, sistem politik kembali dirusak oleh praktik-praktik KKN dan otoritarianisme yang terselubung.

Reformasi Rasa Orba


Seperti halnya di masa Orba, saat ini kekuasaan disusun dengan pola berbagi kekuasaan antar elite politik. 

Prinsip "Asal Bapak Senang" mulai mengaburkan pandangan rakyat yang tidak paham dengan dinamika politik.

Mereka yang kritis dan vokal terhadap pemerintah, diredam suaranya, dipinggirkan, dan karakternya dibunuh perlahan. Padahal mereka adalah segelintir dari tokoh yang benar-benar peduli pada nasib bangsa tanpa agenda tersembunyi.

Sayangnya, ingatan tentang masa kelam Orba mulai pudar di benak generasi muda, khususnya Gen Z. Mereka lahir saat reformasi mulai menancapkan tonggak-tonggaknya, seperti pemilihan langsung dan pembatasan kekuasaan militer. 

Mereka mungkin tidak melihat betapa miripnya situasi saat ini dengan masa akhir Orba, di mana kekuasaan terkonsentrasi pada segelintir elite, dan rakyat hanya dijadikan alat politik untuk melanggengkan kekuasaan.

Akhir Reformasi?


Jika memang tujuan segelintir elite adalah menciptakan dinasti politik, maka kita sedang bersiap-siap memasuki era baru yang lebih panjang dan lebih menekan dibandingkan Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. 

Karena kita akan menunggu setiap generasi penguasa untuk mendominasi pemerintahan, sementara rakyat hanya menjadi penonton dan sapi perah. 

Masa depan yang kita songsong ini bukanlah masa depan yang diinginkan para pahlawan reformasi, tetapi kelanjutan dari rezim yang pernah kita lawan, dengan wajah yang sedikit berbeda.

Reformasi yang sejatinya bertujuan mengembalikan demokrasi, kini tengah sekarat. Masa depan bangsa Indonesia ada di tangan rakyat, dan satu-satunya harapan adalah membangkitkan kembali semangat reformasi agar tidak terkubur oleh praktik-praktik feodal yang kembali bangkit.

 

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved