Rabu, 1 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pintarnya Strategi Iran Merebus Katak Israel dan Amerika di Timur Tengah

Iran memilih perang asimetris melawan hegemoni AS dan Israel, lewat strategi merebus katak dalam panci di Timur Tengah.

Media/Handout Militer Houthi
Kapal kargo Galaxy Leader yang diyakini milik pengusaha Israel berbasis di Inggris, dikawal kapal-kapal perang Houthi di Laut Merah dalam foto yang dirilis 20 November 2023. Kapal itu disita kelompok Houthi sebagai bagian perlawanan terhadap Israel. 

Tapi usaha itu nyaris mubazir. Kelompok Ansarallah Houthi tetap tak terkalahkan. Ini membuat semua cara militer AS dan sekutunya ke Yaman tidak efektif.

Sebaliknya, rasa frustasi mulai menjangkit semua level militer AS di lapangan, yang merasa tengah bertarung bukan untuk kepentingan mereka.

Dalam gambar yang dirilis oleh Departemen Pertahanan AS, kapal induk terbesar di dunia USS Gerald R. Ford berlayar selama operasi pengisian bahan bakar di laut di Laut Mediterania timur, 11 Oktober 2023. Presiden AS Joe Biden memberangkatkan kapal induk dan kapalnya armada ke wilayah tersebut untuk menunjukkan dukungan kepada Israel, juga memperingatkan Iran yang mendukung Hamas untuk “berhati-hati.” Para pejabat AS mengatakan maskapai lain akan segera tersedia jika diperlukan.
Dalam gambar yang dirilis oleh Departemen Pertahanan AS, kapal induk terbesar di dunia USS Gerald R. Ford berlayar selama operasi pengisian bahan bakar di laut di Laut Mediterania timur, 11 Oktober 2023. Presiden AS Joe Biden memberangkatkan kapal induk dan kapalnya armada ke wilayah tersebut untuk menunjukkan dukungan kepada Israel, juga memperingatkan Iran yang mendukung Hamas untuk “berhati-hati.” Para pejabat AS mengatakan maskapai lain akan segera tersedia jika diperlukan. (Jackson ADKINS / Departemen Pertahanan AS / AFP)

Dalam posisi jauh di luar negaranya, semua armada militer AS di lautan Timur Tengah punya sumber persenjataa yang terbatas.  

Rudal-rudal pencegat Angkatan Laut AS tidak tidak dapat diisi ulang di laut. Situasi ini menyebabkan dalam jangka panjang akan menghancurkan moral para prajurit.

Ungkapan terbuka pernah disampaikan Kapten Chris Hill, Komandan kapal induk USS Eisenhower. Ia mengatakan, "Orang-orang (prajurit) butuh istirahat, mereka harus pulang."

Apa yang mereka hadapi setiap hari adalah ancaman drone dan rudal Ansharullah Houthi, yang seolah tidak ada habisnya.  

Di sisi lain, para elite di Washington meyakini dengan riang kekuatan mereka akan mengalahkan Houthi yang sangat menyebalkan.

Hal ini bisa dibilang merupakan langkah yang dikalibrasi dengan baik dan didukung oleh Iran yang mencapai dua tujuan.

Pertama, mengeluarkan kelompok tempur kapal induk dari Teluk Persia, dan kedua, menyeret AS ke dalam perangkap yang semakin meningkat.

Mereka saat ini ada di dalam kuali yang airnya semakin mendidih, dan tidak menyadari mereka tidak akan pernah bisa menang.

Langkah terakhir adalah ketika kesadaran muncul, tapi sudah terlambat. Mereka akan melompat keluar dari kuali dan melarikan diri dengan rasa malu.

Ini seperti yang terjadi pada 2021 di Afghanistan, ketika pasukan AS terbirit-birit kabur dari Pangkalan Bagram saat Taliban mengambil alih kekuasaan.

Lalu bagaimana jika terjadi sebaliknya? Semisal strategi merebus katak ini gagal, dan Iran kalah?

Tiongkok, Rusia, dan sejumlah negara musuh AS, khususnya di negara-negara Selatan tidak akan berdiam diri.

Bagaimanapun Rusia mengakui Iran adalah bagian kontrol terbaik untuk menciptakan keseimbangan ketika Moskow sedang bertarung di Ukraina.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved