Tribunners / Citizen Journalism
Mata Rantai Konflik di Suriah dan Misi Legiun Internasional Ukraina
Badan intelijen Ukraina merekrut tokoh radikal Chechnya Rustam Azhiev, yang pernah malang melintang di Suriah.Azhiev kini telah berpaspor Ukraina.
Kelompok ISIS muncul secara cepat sebagai kekuatan bersenjata yang ditakuti, bahkan oleh kelompok-kelompok bersenjata Islam lain di Irak dan Suriah.
Setelah bertahun-tahun eksis, pasukan Irak yang dibantu milisi dukungan Iran, mengalahkan ISIS. Suriah yang dibantu Rusia juga perlahan menyingkirkan kelompok itu.
Sementara AS dan sekutunya, tetap mengklaim perangnya melawan ISIS baik di Irak maupun Suriah. Washington menyatakan Abu Bakr Al Bahdady mereka tewaskan di Suriah utara lewat serangan khusus.
Seperti halnya Osama bin Laden, klaim kematian Abu Bakr Al Bahdady itu tidak pernah disertai ekpos bukti-bukti kongkretnya.
Satu hal yang secara khusus ditunjukkan ISIS, sepanjang eksistensinya di Irak dan Suriah, mereka benar-benar hanya menunjukkan perlawanan ke pemerintah Baghdad maupun Damaskus.
Tidak pernah sekalipun kelompok ISIS mengagendakan perlawanan ke Israel, negara yang jadi musuh utama Islam. Bahkan, belum pernah ada aksi nyata ISIS melawan Israel.
Ini memperlihatkan, ISIS ini kelompok yang kemunculannya dirancang oleh kekuatan-kekuatan intelijen memanfaatkan sentiment agama.
Kemanfaatan kelompok ini bagi mereka adalah destabilisasi wilayah, yang situasinya bisa menguntungkan negara-negara sponsor.
Kembali ke tragedi Crocus City Hall, secara mendasar tampak ada perbedaan signifikan dengan gaya ISIS di Timur Tengah, Afghanistan, maupun ketika mereka beraksi di Eropa barat.
Pada November 2015, sekelompok pria bersenjata menebar kengerian ketika mereka masuk ke Teater Bataclan di Paris, tempat konser band AS Eagles of Death Metal sedang berlangsung.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas kejahatan tersebut, yang menyebabkan 89 orang tewas.
Pada tahun-tahun tersebut, ISIS menjadi semakin aktif di seluruh dunia – namun hal ini sebenarnya merupakan tanda kemunduran ISIS.
Pada masa kejayaannya, ISIS tidak mendesak para pendukungnya untuk melakukan serangan teroris, melainkan meminta mereka untuk “memenuhi hijrah” – yakni pindah ke wilayah yang dikuasai organisasi tersebut.
Lebih dari 10 tahun lalu, hal ini cukup mudah dilakukan, karena sebagian perbatasan Suriah dengan Turki dikuasai oleh para jihadis, sehingga memungkinkan orang untuk dengan bebas melintasinya dan bergabung dengan barisan mereka.
Namun, ketika para teroris kehilangan sebagian besar wilayahnya, retorika mereka berubah.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Balai Kota Crocus
Crocus City Hall
Teror di Moskow
Serangan Teror di Konser Musik Moskow
Tajikistan
Tolak Uji Coba dari Timnas Indonesia, Malaysia Kini Kena Batunya |
![]() |
---|
DPR Minta Pemerintah Lobi Kuota Haji ke Negara Asia Tengah dan ASEAN |
![]() |
---|
Hasil Piala Asia U17: Drama Empat Gol, Korea Selatan Pulangkan Tajikistan Lewat Adu Penalti |
![]() |
---|
Jadwal Piala Asia U17 Malam Ini: Grup D Memanas, Timnas Indonesia Menanti di Perempat Final |
![]() |
---|
Bertarung di Kualifikasi Piala Asia 2027, Timor Leste Tanpa Gerbong Anyar Pemain Naturalisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.