Tribunners / Citizen Journalism
Mereka yang Lancung Dalam Kasus Ferienjob di Jerman
Sejarah mencatat Jokowi pada 2014 dalam Kabinet Kerja memisahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dari Pendidikan Dikti (Dikti)
Di Jerman, liburan yang paling lama dilakukan pada musim panas (der Sommer) yang lamanya bisa enam minggu.
Jenis pekerjaan Ferienjob adalah jenis pekerjaan yang umumnya mengandalkan tenaga fisik, misalnya mengangkat kardus logistik, packing barang untuk dikirim, mencuci piring di restoran, atau menangani koper di bandara (porter) atau jadi kurir.
Ferienjob oleh Badan Ketenagakerjaan Federal Jerman baru ditawarkan kepada mahasiswa Uni Eropa dan untuk non-Uni Eropa sejak Maret 2022.
Baca juga: 33 Kampus Diduga Terlibat TPPO, Berkedok Magang ke Jerman, 1.047 Mahasiswa Jadi Korban
Ferienjob bertujuan mengisi kekurangan tenaga kerja fisik di berbagai perusahaan Jerman.
Sudah jelas Schulferien kampus-kampus di Jerman karena empat musim sangat berbeda dengan libur panjang antar–semester resmi di Indonesia yang lazimnya dilakukan pada pertengahan tahun.
Itu pun tak terlalu lama.
Dari sini penulis melihat sikap lancung Pemerintah Jerman, dalam hal ini Kedutaan Besar Jerman di Jakarta secara sadar tutup mata dan mulut.
Mengapa? Pertama, tidak mungkin jika Dubes Ina Lepel yang bertugas di Indonesia sejak Oktober 2021 tidak tahu kalender akademik di Indonesia.
Kedua, boleh saja Dubes Ina Lepel ngeles bahwa Ferienjob tidak dilaksanakan dalam kerangka kerjasama bilateral antar Pemerintah.
Jadi dia bisa lepas tanggung jawab. Namun ada fakta tidak bisa dibantah bahwa modal utama mengikuti Ferienjob adalah visa!
Baca juga: Bertemu PM Kamboja, Presiden Jokowi Bahas Impor Beras Hingga TPPO
Visa adalah dokumen yang diberikan oleh Kedutaan Besar dari negara tujuan, dalam hal ini tidak bisa dibantah adanya peran Pemerintah Jerman yang bersyukur melalui program Ferienjob mendapat tenaga kerja murah meriah tak sadar bodoh dari Indonesia.
Adanya visa dari Pemerintah Jerman ini yang penulis lihat membuat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jerman kesulitan menyaring para mahasiswa yang masuk karena secara administrasi tidak bermasalah.
Makin rumit karena kampus-kampus pengirim mahasiswa Ferienjob justru dengan bangga memajang pengalaman para mahasiswa peserta Ferienjob di media sosial kampus maupun rilis resmi di laman kampus bahkan bahkan sampai di media massa terverifikasi Dewan Pers.
Dubes Arif Havas Oegroseno sebagai bos KBRI di Berlin baru dapat bergerak ketika mulai muncul bisik-bisik para mahasiswa yang ‘telat sadar’ menjadi korban perbudakan modern, sehingga KBRI mengirim surat ke kantor mas Nadiem pada 22 Mei 2023.
Entah mungkin surat nomor B-00165/Berlin/230522 tersebut nyasar ke sana ke sini karena Dirjen Dikti di kantor mas Nadiem ‘yah’ hanya pejabat pajangan, maka pertemuan antar lembaga itu baru dapat terlaksana 20 Oktober 2023. Bayangkan lima bulan!!
Baca juga: Anak Korban TPPO Asal Sumatera Barat Ditemukan di Jakarta, KemenPPPA Beri Pendampingan
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Prediksi Skor Bayer Leverkusen vs Eintracht Frankfurt: Laga Berat Pelatih Baru Die Werkself |
![]() |
---|
5 Negara yang Panen Poin di Ranking FIFA September: Berkat Jerman, Slowakia Paling Untung |
![]() |
---|
Rekap Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026: Kemenangan Penting Jerman, Spanyol dan Belgia Pesta Gol |
![]() |
---|
Prediksi Skor Jerman vs Irlandia Utara: Misi Kebangkitan Die Mannschaft Demi Jaga Asa Lolos |
![]() |
---|
Gegara Dipermalukan Slowakia, Julian Nagelsmann Ancam Pemain yang Sok Merasa Bintang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.