Tribunners / Citizen Journalism
Pilpres 2024
Potensi 'Tsunami Politik' Bisa Terjadi Pasca-Mundurnya Mahfud Jika Jokowi Tak Lakukan Prasyarat Ini
OCB merupakan konsep yang menekankan pada perilaku ekstra-role individu di dalam organisasi, sebut saja pasca Prof Mahfud MD meninggalkan Kabinet.
Sehingga OCB dapat memengaruhi perilaku-perilaku seperti membantu rekan sesama Menteri, memegang tugas yang tidak tercantum dalam deskripsi Tupoksi / Job-desk kementerian dan mempromosikan suasana kerja yang positif.
Mengapa harus OCB karena perilaku ini tidak diwajibkan oleh deskripsi Tupoksinya atau aturan organisasi kementeriannya, tetapi bertujuan untuk mempromosikan suasana kerja yang positif dan membantu Kabinet mencapai tujuannya.
Dalam hal ini Kabinet agar tidak Goyah pasca ditinggalkan oleh satu (atau bahkan banyak Menterinya).
OCB dapat memiliki dampak positif pada hasil kabinet, seperti kinerja, produktivitas, dan moral menteri-menteri yang lain.
Kepemimpinan (dalam hal ini Presiden) dapat mengaplikasikan OCB melalui pemahaman, dukungan, dan pengembangan budaya kabinet.
Pengukuran dan penilaian OCB dapat dilakukan dengan menggunakan Riset internal (dilakukan oleh KSP) yg mengukur perilaku seperti membantu rekan sesama Menteri, menunjukkan loyalitas, dan mempromosikan suasana kerja positif.
Hasil dari pengukuran ini dapat digunakan untuk mempromosikan perilaku positif dan memperkuat budaya Kabinet selanjutnya.
Dampak OCB pada Kabinet yg akan ditinggalkan oleh Menteri-menteri tersebut antara lain bisa dilihat nantinya pada Kinerja Kabinet, Moral Menteri yang lain, Kepuasan Kerja, Lingkungan Kerja, Reputasi Kabinet.
Sementara sebagaimana saya definisikan kemarin, beberapa faktor yang mempengaruhi OCB di Kabinet ini adalah: Budaya Organisasi (dalam hal ini Kabinet), Gaya Kepemimpinan (Presiden), Kondisi Kerja (pasca Mundurnya Menteri2), Reward dan Sanksi (utk yg masih Setia atau malah yg Tidak Netral di Kabinet) dsb.
Hal menarik yang harus dicermati adalah Perbedaan budaya dalam OCB, karena Budaya memegang peran penting dalam OCB Menteri-menteri.
Perbedaan budaya dapat mempengaruhi tingkat OCB para Menteri dan cara mereka melakukannya.Beberapa perbedaan budaya dalam OCB antara lain : Idividualisme vs Kolektivisme, jelasnya Negara yang berorientasi individualistik cenderung memiliki tingkat OCB yang lebih rendah karena fokus pada tujuan pribadi dan karier.
Sementara Negara yang berorientasi kollektivistik cenderung memiliki tingkat OCB yang lebih tinggi karena fokus pada kepentingan grup dan budaya Kabinet.
Kemudian ada juga faktor Masculinity vs Femininity, dimana Negara yang bersifat maskulin cenderung memiliki tingkat OCB yang lebih rendah karena kurangnya perhatian pada kebutuhan dan perasaan orang lain.
Sementara negara yang bersifat feminin cenderung memiliki tingkat OCB yang lebih tinggi karena lebih memperhatikan perasaan dan kebutuhan orang lain..
Sementara Individual Power Distance menyebut bahwa Negara yang memiliki tingkat jarak kekuasaan individu yang tinggi cenderung memiliki tingkat OCB yang lebih rendah karena adanya kurangnya interaksi dan kerjasama antar individu.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pilpres 2024
PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP soal Penetapan Gibran Cawapres, Mahfud Pesimis Bakal Dikabulkan |
---|
VIDEO Pembacaan Putusan Gugatan PDIP Soal Pencalonan Gibran di PTUN Ditunda Jadi 24 Oktober 2024 |
---|
Jubir PTUN: Penundaan Pembacaan Putusan Gugatan PDIP soal Gibran Tak Terkait Pelantikan Presiden |
---|
Hakim Sakit, PTUN Tunda Baca Putusan Gugatan PDIP hingga Setelah Pelantikan Prabowo-Gibran |
---|
BREAKING NEWS PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP Gugat KPU soal Penetapan Gibran jadi Cawapres |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.