Sabtu, 4 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Siapa di Balik Bom Dahsyat yang Guncang Kerman Kota Asal Qassem Soleimani?

Rentetan operasi sabotase, bom, pembunuhan tokoh di Iran dilakukan Mossad Israel dan anasir perlawanan lokal Iran.

ATTA KENARE / AFP
Para pelayat Iran berkumpul selama tahap akhir prosesi pemakaman jenderal tertinggi Qasem Soleimani yang terbunuh, di kampung halamannya Kerman pada 7 Januari 2020. Setidaknya 20 orang tewas di Iran pada 3 Januari 2024 ketika dua ledakan menghantam kerumunan orang yang menandai peringatan pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani pada tahun 2020, televisi pemerintah melaporkan. 

Kelompok lain adalah Tondar, sayap militan Majelis Kerajaan Iran yang menentang Khomeini. Jaringan mereka kebanyakan berada di Jerman dan AS.

Ada pula kelompok Mujahidin Rakyat (MEK), yang paling santer dikaitkan dengan berbagai operasi rahasia Mossad di Iran.

MEK bagian dari Dewan Perlawanan Nasional Iran (NCRI) yang menginginkan jatuhnya pemerintahan Republik Islam Iran.

Konfigurasi politik di Iran terhitung beragam, meski secara penampilan umum Iran terlihat monolitik karena dominannya kelompok Syiah.

Sebagian kalangan muda Iran juga sudah memiliki perspektif baru, tidak kaku dan konservatif seperti yang dijalankan pemerintahannya yang tunduk pada Ayatullah Khameini.

Kehidupan sosial kemasyarakatan di Iran, terutama di kota-kota besar, terlihat kosmopolitan dan agak terbuka.

Di sisi lain, kekuatan dan spirit revolusi Iran 1979 masih terasa akibat tekanan dan embargo yang dialami Iran selama berpuluh tahun.

Teknologi militernya, terutama pesawat nirawak (drone), sangat maju dan bahkan Rusia menggunakan produk Iran yang dimodifikasi untuk perangnya di Ukraina.

Begitu pula teknologi roket, rudal, dan antariksa Iran cukup pesat, bahkan melampaui capaian negara manapun kecuali Israel.

Nah, serangan teror di Kerman, tepat saat peringatan kematian Qassem Soleimani ini menjadi sangat signifikan di tengah kecamuk perang Gaza, Lebanon, Yaman, Suriah dan Irak.

Pembunuhan massal di Kerman itu secara mudah bisa dibaca sebagai bagian upaya menarik Iran masuk secara terbuka dalam perang besar di Timur Tengah.

Siapa yang paling berkepentingan? Secara geopolitik internasional, maka elite di Washington lah yang paling ingin Iran dihancurkan lewat peperangan.

Sejak lama kalangan hawkish (kelompok radikal penyeru perang) menginginkan AS menyerang Iran secara langsung.

Ketika Presiden AS Donald Trump berkuasa, secara sepihak Gedung Putih menarik diri dari perjanjian nuklir Iran, taktat yang menahan Iran tak mengembangkan senjata nuklirnya.

Tapi langkah Trump hanya sampai di situ, meski para pembantu utamanya mendesak Trump melancarkan serangan militer ke Iran.  

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved