Sabtu, 4 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pilpres 2024

Ganjar Vs Prabowo dalam Legenda Ajisaka

Karena ingat pesan Ajisaka, maka Sembada pun tak mau menyerahkan keris tersebut ke Dora. Keduanya kemudian saling curiga.

Editor: Hasanudin Aco
Kolase Tribunnews.com
Presiden Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. 

Buktinya, Jokowi hadir saat Ganjar diumumkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai capres, 21 April 2023 di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat.

Itu secara kasat mata. Secara implisit, dukungan Jokowi ke Prabowo tak bisa dibilang enteng. Hal itu antara lain tercermin dari dukungan relawan Jokowi-Gibran kepada Prabowo.

Dukungan itu dinyatakan 15 pimpinan kelompok relawan Jokowi-Gibran se-Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam pertemuan Prabowo dengan Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/5/2023).

Dus, banyak pihak yang menyarankan Ganjar dan Prabowo bergabung, terserah siapa yang menjadi capres atau cawapres karena ceruk dukungan suara massanya relatif sama.

Namun, sejauh ini belum ada tanda-tanda keduanya mau bergabung. Bisa bergabung jika salah satunya mau menjadi cawapres.

Ganjar wajar jika tak mau menjadi cawapres, karena menjadi capres adalah amanah partainya.

Apalagi PDIP memegang "golden ticket" sebagai pemilik lebih dari 20 persen kursi di parlemen, sehingga menenuhi syarat "presidential threshold" sesuai ketentuan Pasal 222 Undang-Undang (UU) No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Tanpa berkoalisi dengan parpol lain pun PDIP bisa mengajukan capres-cawapres sendiri.

Hasil survei berbagai lembaga kredibel juga menunjukkan elektabilitas Ganjar tinggi. Bahkan di kalangan milenial, elektabilitas Ganjar tak tergoyahkan di posisi puncak.

Padahal sekitar 70 persen pemilih Pemilu 2024 adalah milenial.

Prabowo pun tak mau kalah. Selain menjadi capres merupakan amanah partainya, hasil survei berbagai lembaga kredibel juga menunjukkan elektabilitasnya tinggi seperti Ganjar, bahkan kadang-kadang tertinggi mengalahkan Ganjar. Elektabilitas adalah senjata pamungkas dalam pilpres langsung. Dus, Prabowo pun enggan menjadi cawapres.

Mengapa Ganjar dan Prabowo disarankan bergabung? Itu tadi, karena ceruk dukungan suara massa keduanya relatif sama. Mengapa? Karena keduanya sama-sama di-endorse Jokowi.

Keduanya dipersepsikan sebagai penerus Jokowi. Keduanya dianggap pro-"status quo", berbeda dengan Anies Baswedan yang dipersepsikan pro-perubahan.

Jika ceruk dukungan suara yang sama diperebutkan oleh Ganjar dan Prabowo, maka Anies bisa menjadi kuda hitam. Ganjar dan Prabowo akan "sampyuh".

Suara pendukung Ganjar dan Prabowo relatif sama dengan suara pendukung Jokowi. Mereka adalah kaum nasionalis, masyarakat pedesaan, muslim abangan dan muslim moderat.

Sedangkan ceruk suara dukungan Anies adalah kaum urban (perkotaan) dan muslim yang cenderung ke garis keras.

Plus pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 yang kecewa karena mantan Komandan Jenderal Kopassus itu bergabung dengan Jokowi dengan menjadi Menhan.

Akankah kisah Dora-Sembada dalam legenda Ajisaka akan terjadi pada Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2024? Kita tunggu saja tanggal mainnya.

* Karyudi Sutajah Putra: Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI).

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved