Maka, tidak bisa tidak, sudah saatnya Nahdliyyin bangkit dari keterpurukan di berbagai bidang, dan nahdhoh (kebangkitan) yang dijadikan nama NU/PKB harus menjadi spirit kita (Nahdliyyin) untuk betul- merealisasikan makna kebangkitan dalam gerakan keumatan.
Tidak ada manfaatnya kita (Nahdkiyyin) bertengkar, saatnya kita merapatkan barisan, menyatukan langkah demi misi besar kebangkitan, dan melupakan dulu ego-ego pribadi maupun sektoral kita untuk melebur diri dalam satu hempasan nafas kebangkitan politik Nahdiyyin, sebagai titik tolak kebangkitan di berbagai bidang, sehingga peran aktif mengubah arah bangsa ini terwujud dan kita adalah subyeknya. Wallahu a’lam bis shawab.[]
*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.