Tribunners / Citizen Journalism
Konflik Rusia Vs Ukraina
Perubahan Peta Geopolitik Global: Berapa Lama Perang Rusia Vs Ukraina Akan Bergantung pada 3 Hal Ini
Seberapa lama konflik Rusia-Ukraina ini dan upaya mitigasi potensi kerusakan yang ditimbulkan tergantung dari tiga hal. Apa saja?
China adalah negara pengimpor minyak mentah Rusia terbesar. Rusia juga pemasok batubara terbesar ketiga di dunia.
Pasca invasi, harga baru bara Newcastle melesat ke level US$270 per ton. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Rusia merupakan pemain kunci dalam konstelasi geopolitik di kawasan Eropa dan Asia.
UE bereaksi dengan mengeluarkan sanksi terhadap Rusia berupa ancaman pembekuan aset dan memblokir akses perbankan, teknologi dan pasar. Padahal Rusia adalah salah satu mitra dagang terbesar UE.
Impor UE didominasi oleh gas, minyak bumi dan pertambangan.
Mempertimbangkan fakta besarnya market share Rusia di Eropa, posisi UE sebagai investor terbesar di Rusia dan surplus perdagangan Rusia terhadap Eropa, respon UE ini diharapkan dapat menekan Putin untuk mengakhiri invasi.
Sejauh ini, dampak langsung dari invasi ini masih berskala regional. Namun apabila krisis ini berkepanjangan, maka sangat besar kemungkinan akan mempengaruhi ekonomi global, mengguncang pasar keuangan, mendorong kenaikan harga energi dan komoditas terkait.
Peta Baru Geopolitik Global
Seberapa lama konflik Rusia-Ukraina ini dan upaya mitigasi potensi kerusakan yang ditimbulkan tergantung dari tiga hal: keberhasilan upaya diplomasi internasional, respon Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sejauh mana Rusia menganggap tujuan invasinya tercapai.
Resolusi PBB yang mendesak Rusia mundur dari Ukraina malah direspon Rusia dengan menggempur PLTN terbesar di Ukraina.
Harapan lainnya ada pada negara-negara yang tergabung dalam G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat), yang memiliki kapasitas dan pengaruh terhadap ekonomi dan perdagangan global.
Dengan mendominasi 64% kekuatan ekonomi dunia, negara G7 dapat menekan Rusia untuk menempuh jalur diplomasi.
Sejauh ini NATO mengambil peran pasif meskipun Ukraina sudah menyatakan keinginan untuk menjadi anggota NATO.
Kecaman yang diungkapkan Sekjen NATO Jens Stoltenberg bahwa langkah Rusia sebagai "tindakan perang brutal" dinilai sebatas retorika dengan penegasan bahwa NATO tidak akan mengerahkan pasukan.
Amerika Serikat yang diharapkan memainkan peranan militernya ternyata juga menegaskan tidak akan mengirim armadanya ke Ukraina.
Kecuali Rusia menyerang negara anggota NATO. Sesuatu yang mustahil karena sejak awal Putin sudah menegaskan serangan ini adalah operasi militer khusus terbatas dengan sasaran Ukraina.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.