Tribunners / Citizen Journalism
RCEP, Tiongkok dan Peran Indonesia
Saat ini keanggotaan RCEP menguasai 29 persen PDB dunia dengan total nilai perdagangan lebih dari 10,6 triliun dolar AS
Empat Negara non ASEAN diproyeksikan akan memperoleh pendapatan tertinggi melalui RCEP dengan urutan Tiongkok (27.389 miliar dolar AS), Jepang (4.924 miliar dolar AS), Australia (2.590 miliar dolar AS), dan Korea Selatan (2,243 miliar dolar AS).
Tantangan Anggota RCEP
Jika nantinya Indonesia sudah meratifikasi RCEP, persoalan yang harus dihadapi dunia industri dan perdagangan kita tidaklah mudah. Beberapa langkah yang perlu diambil adalah memperkuat daya saing industri dan perdagangan.
Meskipun awal 2022 lalu Presiden Jokowi menyebut tingkat daya saing Indonesia versi IMD World Competitiveness naik tiga peringkat dibanding tahun lalu, tetapi masih berada di bawah beberapa negara ASEAN.
Peningkatan daya saing ini tidak hanya diperlukan bagi industri berskala besar, tetapi juga UMKM yang akan menghadapi membanjirnya barang-barang impor dan sektor jasa dari negara-negara Anggota RCEP. Peluang-peluang impor dan ekspor harus terus dipacu untuk meningkatkan value supply chain industri dalam negeri kita.
Peluang kerjasama dengan produsen bahan baku murah melalui skema import dari negara-negara RCEP termasuk Tiongkok harus diarahkan untuk memperkuat sektor industri dalam negeri untuk kepentingan peningkatan nilai ekspor. Proses ini bisa berlaku secara resiprokal dan tentunya, saling menguntungkan. Wallahu a’lam bisshawab.
*) Rektor Unira Malang, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.