Selasa, 30 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pilpres 2024

2024: Ganjar Vs Anies

Di PDIP saat ini tak ada tokoh lapis kedua setelah Megawati yang "marketable" atau laik jual sebagai capres, termasuk Puan Maharani dan Prananda Prabo

Editor: Hasanudin Aco
Instagram Ganjar Pranowo dan Tangkap Layar YouTube via Tribun Manado)
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. 

Pragmatisme, bukan idealisme.

Nasdem? Saat ini saja Ketua Umum Surya Paloh sudah main mata dengan Anies, apalagi nanti ketika elektabilitas Anies menanjak.

"De javu"! Pola pertarungan Pilpres 2014 dan 2019 pun akan terulang pada Pilpres 2024.

Pemilih akan terbelah ke dalam dua kubu. Para pendukung Jokowi akan memilih Ganjar, sedangkan para pendukung Prabowo akan memilih Anies.

Ini bagi pendukung yang sudah paten atau "maton", yang dikenal sebagai, maaf, "cebong" dan "kampret".

Bagaimana dengan "floating mass" atau massa mengambang? Mereka akan lebih memilih Anies ketimbang Ganjar. Mengapa?

Pertama, mereka sedang mencari pemimpin yang merupakan antitesis dari Jokowi. Ini sebenarnya siklus 10 tahunan.

Pemilih akan memilih sosok pemimpin yang gayanya santun dan kalem seperti Susilo Bambang Yudhoyono. Soal sosok yang santun itu bisa bekerja atau tidak, itu urusan belakangan. Lihat saja Anies Baswedan.

Gaya kepemimpinan yang spontan dan ceplas-ceplos laiknya Jokowi sementara akan ditinggalkan. Entah 10 tahun lagi dari 2024.

Sadar akan hal ini, Anies pun akan tetap mempertahankan gaya kepemimpinannya yang "WTS" (waton sulaya) atau asal berbeda dengan Jokowi.

Kedua, meski kepercayaan publik terhadap pemerintahan Jokowi masih relatif stabil di kisaran 60%, namun tak sedikit rakyat yang kecewa terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi yang dinilai lebih berpihak kepada pengusaha, plus asing, daripada kepada "wong cilik" dan rakyatnya sendiri. PDIP pun sekarang sudah terkena imbasnya: elektabilitas melorot!

Ketiga, pengusaha-pengusaha yang ada di gerbong JK akan lebih mendukung Anies secara finansial ketimbang ke Ganjar. Apalagi pengusaha hitam.

Akan tetapi, sekenario ini bisa terjadi jika tidak ada fenomena "satria piningit".

Jika ada, dan satria itu tiba-tiba melejit elektabilitasnya menjelang Pilpres 2024, meninggalkan Ganjar dan Anies, niscaya dialah yang akan dipilih parpol-parpol yang sebarisan dengan PDIP sebagai capres, dan akhirnya terpilih.

Fenomena ini pernah terjadi pada Pilpres 2004 dengan munculnya SBY, dan pada Pilpres 2014 dengan munculnya Jokowi, yang semula keduanya luput dari perhitungan publik.

*Karyudi Sutajah Putra: Analis Politik pada Konsultan dan Survei Indonesia (KSI), Jakarta.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved