Selasa, 30 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Cak Nun, Kurang Piknik Kurang Baca!

Emha Ainun Najib, manusia yang “didewakan” oleh Jamaah Ma’iyah, berulang kali tergelincir lidah

Editor: Husein Sanusi
Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Ribuan warga Semarang, Jawa Tengah, dan Jamaah Maiyah tumpah ruah memadati Klenteng Sam Poo Kong dalam acara ''Sinau Bareng Cak Nun, Kiai Kanjeng bersama Polda Jateng, Sam Poo Kong, dan Tribun Jateng'' yang belangsung Kamis (18/4/2019) malam. Tribun Jateng/Hermawan Handaka 

Cak Nun, Kurang Piknik Kurang Baca!

Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc., M.A*

TRIBUNNEWS.COM - Menasir al-Quran menggunakan akal sembrono berbahaya bagi keimanan, juga persoalan akademik.

Menyebut Malam Lailatul Qadar tidak ada menyalahi logika dan tradisi ilmiah.

Rasulullah saw bersabda, “man fassaral Qurana bi ra’yihi fal yatabawwa’ ma’adahu minan nar.” Barang siapa menafsir al-Quran dengan akalnya maka bersiaplah tempat duduknya di neraka (At-Thabari, Tafsir at-Thabari, Juz 1, h. 77).

Imam at-Thabari memberi catatan, jika akal digunakan secara sembrono dan hasilnya salah maka bersiaplah masuk neraka.

Jika akal digunakan secara ilmiah dan hasilnya benar maka pahalanya ada di tangan Allah.

Emha Ainun Najib, manusia yang “didewakan” oleh Jamaah Ma’iyah, berulang kali tergelincir lidah, sehingga publik merasa yakin ada kesengajaan di balik “kepongahan” intelektualnya itu.

Disebut kepongahan intelektual, sebab Ibnu Abbas ra., telah berkata: “innahu unzila ilas sama’id dunya fi romadon fi lailatil Qadr.” Al-Quran diturunkan dari Tuhan pada Malam Lailatul Qadar ke Baitul Izzah dari Juz 1 sampai Juz 30.

Dari Baitul Izzah ini, al-Quran diturunkan lagi ke Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur selama 23 tahun lamanya, tepatnya sejak Nabi berusia sekitar 40 tahun hingga wafat di usia 63 tahun.

Apakah Malam Lailatul Qadar sudah selesai dengan turunnya al-Quran 30 juz sekaligus ke Baitul Izzah? Tidak! Sepanjang perjalanan 23 tahun al-Quran turun berangsur-angsur, Malam Lailatul Qadar itu masih jadi “buruan” primadona umat muslim. Sampai-sampai Ibnu Umar ra., meriwayatkan ada sekelompok sahabat Nabi bermimpi berjamaah melihat Malam Lailatul Qadar yang akan diturunkan oleh Allah swt pada 7 hari terakhir bulan Ramadhan.

Bangun tidur, para sahabat bermimpi ini langsung menemui Rasulullah saw dan meminta koreksian atas kebenaran mimpinya.

Rasulullah saw bersabda: “ara ru’yakum qod tawathoat fis sab’il awakhir, fa man kana mutaharriha fal yataharraha fis sab’il awakhir.” Aku melihat mimpi kalian itu sama tentany 7 hari terakhir. Barang siapa mencari Malam Lailatul Qadar maka carilah pada 7 hari terakhir itu (Muhammad Sayyid Thanthawi, Lailatul Qadr, Maktabah Akhbar al-Yaum, h. 61).

Cak Nun mengatakan secara serampangan, “14 abad Islam hidup, orang masih menunggu Malam Lailatul Qadar.

Padahal, tidak ada berita: ada Malam Lailatul Qadar yang turun ke dunia ini. Yang ada, al-Quran diturunkan Malam Lailatul Qadar, bukan Lailatul Qadarnya yang turun.”

Halaman
12

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan