Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Benarkah Indonesia 'Hamil Tua'?

Pemungutan suara Pemilu 2019 yang diharapkan menjadi klimaks atau titik didih dari panasnya suhu politik Tanah Air, ternyata tidak demikian adanya.

Editor: Hasanudin Aco
Ist/Tribunnews.com
Sumaryoto Padmodiningrat. 

Oleh: Sumaryoto Padmodiningrat

TRIBUNNEWS.COM - Pemungutan suara Pemilu 2019 yang diharapkan menjadi klimaks atau titik didih dari panasnya suhu politik Tanah Air, ternyata tidak demikian adanya.

Pasca-pemilu 17 April 2019, tensi politik tak kunjung menurun signifikan.

Bahkan disinyalir ada gerakan bawah tanah yang bak api dalam sekam, yang sewaktu-waktu bisa meledak.

Maka sedikitnya 60 ribu personel Brimob pun disebar di Jakarta.

Benarkah Indonesia dalam kondisi “hamil tua”?

Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan mengumumkan hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei 2019.

Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02 yang berpasangan dengan Saindiaga Uno, yang sementara ini tertinggal sekitar 13 juta suara berdasarkan Sistem Informasi Penghitungan (Situng) KPU, mengisyaratkan akan menolak hasil pemilu, dalam delapan poin pernyataan yang disampaikan di hadapan jurnalis-jurnalis asing di Jakarta, Senin (6/5/2019).

Sinyal Prabowo menolak hasil pemilu sesungguhnya sudah terlihat saat mantan Komandan Jenderal Kopassus itu mengklaim kemenangan sepihak beberapa saat setelah pemungutan suara berakhir.

Bahkan klaim sepihak itu dilakukan empat kali disertai aksi sujud syukur. Prabowo mandasarkan klaimnya menang dengan suara 62% atas hasil penghitungan tim internalnya.

Kivlan Zein, mantan Kepala Staf Kostrad yang juga loyalis Prabowo, mengancam akan mengerahkan massa mendemo KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kamis (9/5/2019), untuk mendesak diskualifikasi pasangan capres-cawapres nomor urut 01, petahana Presiden Joko Widodo-KH Maruf Amin.

Sesungguhnya aksi demo terhadap KPU dan Bawaslu pun sudah dilakukan sebelumnya secara bergelombang, termasuk yang diikuti mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Amien Rais yang sebelumnya mengancam akan menggunakan kekuatan massa atau people power untuk menolak hasil pemilu.

Seruan yang sama dilontarkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dari Arab Saudi.

Menurutnya, Prabowo hanya bisa dikalahkan oleh kecurangan.

Pemilu 2019 pun dinilai penuh kecurangan, sehingga mereka mendesak agar penghitungan suara di KPU dihentikan. Mereka juga mendesak agar digelar pemilu ulang.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved