Sabtu, 4 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pilpres 2019

Prabowo dan Strategi Sun Tzu

Ketika musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang berharga yang dimilikinya. Ketahuilah bahwa musuh tidak selalu kuat di semua lini.

Editor: Hasanudin Aco
Ist/Tribunnews.com
Drs H Sumaryoto Padmodiningrat MM: Mantan Anggota DPR RI / Chief Executive Officer (CEO) Konsultan dan Survei Indonesia (KSI), Jakarta. 

Entah di mana, pasti ada celah kelemahan di antara kekuatannya, yang dapat diserang. Dengan kata lain, anda dapat menyerang sesuatu yang berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk melemahkannya secara psikologis. Secara psikologis, Jokowi pasti terpukul.

Hal tersebut juga sejalan dengan Strategi ke-19 dari 36 Strategi Sun Tzu, yakni, “Jauhkan kayu bakar dari tungku masak.”

Ketika berhadapan dengan musuh yang sangat kuat untuk menghadapinya secara langsung, anda harus melemahkannya dengan meruntuhkan pondasinya dan menyerang sumber dayanya.

Langkah Prabowo memilih Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden (cawapres) juga sejurus dengan Strategi ke-6 dari 36 Strategi Sun Tzu, yakni, “Berpura-pura menyerang dari timur tapi menyeranglah dari barat.”

Pada setiap pertempuran, elemen dari sebuah kejutan dapat menghasilkan keuntungan ganda. Bahkan ketika berhadapan langsung dengan musuh, kejutan masih dapat digunakan dengan melakukan penyerangan saat mereka lengah. Untuk melakukannya, anda harus membuat perkiraan akan apa yang ada dalam benak musuh melalui sebuah tipu daya.

Publik, terutama lawan-lawan politiknya, semula mengira Prabowo akan mengambil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Komando Satgas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, atau salah satu dari dua nama yang direkomendasikan Ijtima Ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF), yakni Ustaz Abdul Somad dan Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al-Jufri, sebagai cawapresnya. Namun di luar dugaan, Prabowo justru memilih Sandi yang saat itu menjabat Wakil Gubernur DKI.

Pilihan Prabowo ini tepat. Terbukti, hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas Prabowo-Sandi meroket tajam, mendekati elektabilitas Jokowi-KH Maruf Amin.

Hasil survei ini jauh berbeda dengan survei-survei sebelum Prabowo memilih Sandi sebagai cawapres.

Akankah Prabowo-Sandi mengalahkan Jokowi-Maruf? Di dunia politik, tak ada yang tak mungkin. Semua serba mungkin.

Politik adalah seni menjajaki kemungkinan-kemungkinan. Bahkan bila berkaca dari kemenangan Khofifah Indar Parawansa dalam Pilkada Jawa Timur 2018, kemungkinan Prabowo mengalahkan Jokowi sangat besar.

Khofifah baru menang setelah tiga kali ikut Pilkada Jatim, dan Prabowo pun kemungkinan akan menang setelah tiga kali ikut pilpres. Wallahu a'lam!

Drs H Sumaryoto Padmodiningrat MM: Mantan Anggota DPR RI / Chief Executive Officer (CEO) Konsultan dan Survei Indonesia (KSI), Jakarta.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved