Senin, 6 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Dua Pilihan Rasional untuk Prabowo Subianto

Jika Prabowo terima Habib Salim Segaf Al-Jufrie sebagai cawapres, koalisi terbentuk. Beres. Prabowo bisa memastikan diri untuk maju.

DOK GERINDRA
Pertemuan antara Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, (30/7/2018). 

Ambil UAS, belum jelas juga surveinya. Dua-duanya tak ada logistik. Ambil AHY, ada logistik, tapi belum tentu ada restu Pak Beye.

Ambil Sandiaga Uno, sama-sama Gerindra. Ekektabilitas juga belum terukur. Kendati ada logistik, tapi susah dapat dukungan partai lain.

Kecuali beli tiket partai yang lain. Atau ambil Yusuf Mansur, da'i muda, saudagar dan pemilik perusahaan Paytren. logistik ada, elektabilitas cukup potensial. Tapi, belum tentu partai mau dan tak ada rekomendasi Ijtima' ulama.

Apakah yang akan maju nanti Prabowo-Habib Salim, atau Prabowo-UAS? Atau malah Prabowo dengan cawapres di luar nama itu? Masih serba mungkin. Unpredictable.

Namun satu hal, jika Prabowo tak ambil rekomendasi hasil Ijtima' Ulama, atau gagal berkompromi dengan para ulama 212, yang di dalamnya ada PKS, maka terlalu amat berisiko buat Prabowo untuk nyapres. Bisa nyahok, kata orang Betawi..

Gerakan Ganti Presiden yang dinahkodai Mardani-Neno Warisman sudah mencapai angka 47,90%. Trendnya naik terus. Mayoritas itu suara dari kalangan ulama dan umat 212.

Jika para ulama 212 tidak diakomodir kepentingan dan semangat politiknya, terlalu berisiko buat Prabowo. Nekat maju, bisa jeblok. Maka, pilihan rasionalnya, lebih baik mundur.

Di titik ini kenegarawanan dan rasionalitas politik Prabowo diuji. Mesti belajar obyektif. Legowo dan ikhlas untuk menyerahkan tiket capres kepada tokoh lain. Ini lebih logis, dari pada berhadap-hadapan dengan ulama dan umat 212. Anggap saja sebagai proses regenerasi.

Siapa tokoh itu? Jika lihat survei, dan juga kedekatannya dengan Prabowo saat ini, tokoh itu salah satunya adalah Anies Baswedan. Anies bisa jadi alternatif bagi Prabowo, jika mantan Danjen Kopassus ini memutuskan untuk mundur karena faktor kebuntuan koalisi.

Median di buan Juli sudah menempatkan surveinya pada tiga nama sebagai capres. Jokowi, Prabowo dan Anies Baswedan.

Bukankah Anies tak akan menghianati Prabowo? Betul. Pernyataan Anies bisa dibaca di berbagai media. Tapi, apakah itu berarti Anies tidak siap maju jadi capres? Tidak! Beda kata "tidak berkhianat" dengan kata "tidak nyapres".

Kalau Prabowo serahkan tiket Gerindra ke Anies untuk nyapres, tidak berkhianat bukan? Gimana diartikan berkhianat, sementara lisensi dan rekomendasi datang dari Prabowo.

Atau Prabowo pada akhirnya tidak nyapres, sementara ada sejumlah partai calonkan Anies. Ini bukan penghianatan. Berkhianat itu jika Prabowo nyapres, Anies nekat maju dari gerbong lain dan bersaing dengan Prabowo di pilpres. Anies akan jadi "pusat kutukan" politik. Tak yakin Anies berani ambil posisi seperti Jokowi dan Ahok. Berhadap-hadapan dengan Prabowo.

Bagi Prabowo, pilihan rasionalnya cuma dua: pertama, maju dengan menerima hasil rekomendasi Ijtima' Ulama (setidaknya bisa berkompromi). Atau kedua, legowo mundur dan serahkan kepada tokoh yang lebih bisa dijadikan sebagai lokomotif idealisme Prabowo untuk menyelamatkan bangsa ini.

Anies Baswedan punya peluang sebagai orang yang bisa dipercaya Prabowo untuk jalankan amanah itu. Dan tiga partai lainnya cenderung bisa menerima Anies. Termasuk ulama 212. Karena Anies adalah anak kandung yang dilahirkan gerakan moral 212 untuk menjadi Gubernur DKI.

Jakarta, 2/8/2018

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved