Tribunners / Citizen Journalism
Film G30S
Pemutaran Film Pengkhianatan G 30 S bagi Anak, Layakkah?
Tak mudah kiranya untuk pukul rata melarang atau pun mengizinkan anak menonton film Pengkhianatan G 30 S.
Serbaneka perasaan yang dialami anak saat menonton film dijadikan sebagai pintu masuk bagi pendidik untuk mengedukasi anak tentang bagaimana mengidentifikasi kaitan antara situasi, perasaan, dan cara mengelolanya.
Simpulkan nilai kesetiaan pada bangsa dan negara, keyakinan pada kebenaran dan keadilan, penyerahan diri pada pertolongan Tuhan, penghormatan akan jasa pahlawan, serta optimisme akan masa depan.
Akhiri dengan menggali ide anak tentang bagaimana mencegah terulangnya tragedi serupa.
Begitu urutannya.
Ingat, kearifan adalah produk dari kekuatan kognitif dan kepekaan afektif.
Memang, membawa kejadian dan situasi masa silam ke masa kini boleh jadi bukan hal gampang.
Pendidik, utamanya guru maupun orang tua, kudu memiliki wawasan juga agar bisa mendampingi anak meniti lintasan sejarah dengan tepat.
Baca: Status Gunung Agung Naik Level Siaga
Akhirul kalam; film yang bagus di tangan pendidik yang buruk, tak akan banyak faedahnya.
Sebaliknya, film yang buruk di tangan pendidik yang baik, manfaatnya bagi anak justru bisa berlipat ganda.
Nah, dari situ kita bisa katakan, apakah anak menonton atau pun tidak menonton film Pengkhianatan G 30 S, lebih ditentukan oleh kesiapan pendidik dalam mendampingi anak.
Kalau pendidik merasa gamang, ikuti suara hati. Tinggalkan, itu dalil hakiki.
Satu lagi: Ayo, ajak anak berkaryawisata bersama ke Museum Jenderal Nasution, Museum Jenderal Yani, dan Monumen Kesaktian Pancasila.
Biarkan anak menjadi sutradara di imajinasi mereka masing-masing tentang masa kelam itu.
Penulis:
Seto Mulyadi, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI)
Kak Henny, Sekretaris Jenderal, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI)
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.